Langsung ke konten utama

[Book Review] Undivided (Kembali Utuh) – Neal Shusterman



Judul : Undivided – Kembali Utuh (Buku keempat Distologi Unwind) 
Penulis : Neal SHusterman 
Penerjemah : Mery Riansyah 
Editor : Barokah Ruziati 
Desain Sampul : John Nugroho 
Penerbit Gramedia Pustaka Utama 
520 halaman, Cetakan Pertama April 2019 
ISBN 9786020624136 


Undivided atau yang diberi sub judul terjemahan “Kembali Utuh” adalah buku keempat (sekaligus buku terakhir) dalam seri Distolgi Unwind.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Undivided ini, kurang greget rasanya kalau tidak menyinggung buku pertama sampai dengan buku ketiga.

Sejak awal ulasan ini aku akan menyatakan bahwa seri distologi Unwind karya Neal Shusterman adalah salah satu novel fantasi dystopia terbaik dengan tema 'unik' yang ada. Neal Shusterman menggugah dan menggetarkan hati para pembaca dengan cerita mengenai kontrol kehidupan bermasyarakat dengan membuat undang-undang pemisahan raga (Unwind) bagi para remaja dengan mengambil hamper semua organ mereka dan mendonorkan/menjualnya kepada orang lain.

Buku pertama, Unwind – Pemisahan Raga, bercerita tentang masa depan di mana aktivitas pemisahan raga adalah legal. Untuk mencegah terjadinya peperangan dan menekan jumlah penduduk, maka diberlakukan UU Pemisahan Raga yang memperbolehkan orang tua mengirimkan anaknya yang berumur 13-18 tahun untuk diambil semua organ dan dipergunakan untuk menolong orang lain atau diperjual-belikan.

Temanya sakit. Idenya keren. Cara berceritanya asyik. Membaca kisah Lev, Conor, dan Risa membuat kita merasakan simpati juga rasa ngeri. Dunia yang diciptakan Neil sungguh kejam.

Bagaimana tidak kejam bila anak nakal, remaja yang dianggap menyusahkan, boleh dikirim untuk diambil organnya. Bahkan membuang anak yang baru lahir adalah legal asal tidak ketahuan. Padahal setiap orang berhak untuk hidup. Sakit kan? Ngeri sekali membayangkannya terjadi di dunia nyata.

Penggambaran pemisahan raga dalam buku ini sederhana lho, tidak digambarkan dengan kejam. Namun, sukses membuat kakiku merasa kesemutan dan ngilu di waktu yang bersamaan.

Buku kedua “Unwholly” melanjutkan kisah para tokoh dari buku pertama. Connor, Risa, dan Lev kembali berjuang untuk bertahan hidup. Akan ada kisah dari para remaja lainnya korban Unwind. Starkey, Miracollina, dan remaja Unwind lainnya membuat arah cerita semakin berkembang. Bibi-bibit pemberontakan pun mulai tumbuh. Bahkan kita akan diperkenalkan dengan seorang tokoh, Camus Comprix, hasil dari penggabungan organ para Unwind. Layakkah dia disebut sebagai manusia?

Unsouled - Jiwa yang tercerabut adalah buku ketiga dalam seri ini. Bisa dibilang buku ini adalah pemanasan sebelum aksi utama di buku keempat. Karena pemanasan, tidak banyak aksi yang akan kita dapatkan seperti dua buku sebelumnya. Namun, walaupun aksi yang minim, bukan berarti buku ini jatuhnya membosankan. Justru sangat seru dan menarik ibarat membangun sebuah pondasi yang solid untuk hasil yang kokoh.

Connor, Lev, Risa kembali melanjutkan hidup mereka dalam pelarian dari pemisahan raga. Selain melarikan diri, masing-masing dari mereka mencari cara untuk menghentikan praktik Pemisahan Raga. Bahkan mereka mulai menemukan arti kehidupan dan ingin bisa merasakannya lebih lama lagi tanpa adanya rasa was-was para remaja akan Pemisahan Raga.

Sementara itu, Starkey dan kelompok pemeberontaknya semakin besar dan melakukan penyerangan ke kamp Pemisahan Raga. Perbuatan Starkey membesarkan namanya, namun semakin membahayakan semakin diperkuat dan dikembangkannya praktik Pemisahan Raga yang justru ingin diakhiri Connor, Lev, Risa.

Camus Comprix, "seorang" manusia yang diciptakan dari penggabungan organ juga mulai merasakan hal-hal yang membuatnya ingin diakui sebagai manusia.

Selain kisah mereka, akan ada tokoh baru yang mencuri perhatian. Argent dan Grace yang memiliki peran penting di kemudian hari.

Neal Shusterman pandai mengangkat isu yang menggelitik rasa kemanusiaan. Membaca buku ini sempat membuatku merasa khawatir akan nasib akhir para tokohnya. Perjuangan berat yang mereka lalui dan keinginan untuk bertahan hidup membuatku menginginkan mereka pantas untuk mendapatkan akhir yang layak.

Kalau ditanya aku di kubu mana, tentu saja aku ada di kubu yang menentang Undamg-Undang Pemisahan Raga ini.


Lalu bagaimana dengan kisah pamungkas seri ini?

Buku keempat yang diberi judul “Undivided – Kembali Utuh” sangat memikat. Ceritanya memutar balikkan semua perkiraanku. Sebelum membahas lebuih lanjut, aku akan menuliskan blurb di sampul belakang buku ini.

*blurb Undivided* 

Warga Proaktif, perusahaan yang menciptakan Cam dari bagian-bagian tubuh para remaja yang mengalami pemisahan raga, punya rencana militer baginya. 

Namun, di balik rencana mengerikan itu, ada intrik mengejutkan lain: Warga Proaktif menyimpan teknologi yang dapat membuat proses pemisahan raga sama sekali tidak dibutuhkan. Ketika Connor, Risa, dan Lev membongkar rahasia mengejutkan ini, para remaja yang marah mulai bangkit, menuntut keadilan dan masa depan lebih baik. Tetapi, timbul lebih banyak masalah. Klub Pungut milik Starkey makin kuat dan militan. Mereka ingin membumihanguskan setiap kamp akumulasi dan menghabisi semua orang dewasa di sana---menghancurkan kemungkinan masa depan yang damai. 

***

Neal Shusterman kini aku nobatkan sebagai salah satu penulis yang sebisa mungkin harus aku baca karya-karyanya (terutama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Membaca dua karyanya (Distologi Unwind dan Schyte) merupakan sebuah pengalaman membaca yang mengusik rasa kemanusiaanku dan mempertanyakan tentang hakikat hidup.

Anak dan remaja berusia 11-18 tahun bisa (dan sah secara hukum) menjalani pemisahan raga (alias dimutilasi) dan bagian-bagian tubuh mereka bisa digunakan untuk menolong orang yang membutuhkan. Masalahnya adalah, ada anak yang memang dipersembahkan untuk menjalani pemisahan raga, ada yang direlakan menjalani pemisahan raga karena keterbatasan sumber daya, bisa juga anak nakal. pemberontak, menyusahkan, dan lain-lain) yang dianggap merepotkan oleh orang tua mereka. Masalahnya, perdagangan organ gelap pun merajalela.

Connor, Risa, dan Lev ditakdirkan bertemu. Tiga remaja yang akan menjalani pemisahan raga. Kita akan membaca perjuangan mereka untuk mempterhankan hidup mereka dan mencari ketenangan bathin mereka. Mereka masih anak-anak dan ingin hidup lebih lama lagi. Tentu saja banyak tokoh lainnya juga. Membaca perjuangan akhir mereka menimbulkan bebagai macam sensasi. Takut, sedih, haru, marah, cemas, dan juga sebuah harapan serta rasa lega di akhir cerita.

Membaca synopsis buku ketiga dan keempat sempat membuatku merasakan kekhawatiran akan kisah pemberontakan di akhir cerita seperti buku dystopia lainnya. Aku kira akan ada pemberontakan ala Maze Runner, Divergent, The Hunger Games, Legend, dan dystopia lainnya. Namun, aku salah.

Aku kira aku bisa memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya, namun aku salah.
Aku kira aku bisa mengetahui nasib para tokohnya, namun kenyataannya aku dibuat terkejut berkali-kali.
Aku kira aku membenci beberapa tokoh antagonis, para remaja unwind yang liar dan memberontak, namun aku salah. Justru aku berempati kepada mereka.
Aku kira akan ada akhir yang terlalu berlebihan, namun lagi-lahi aku salah. Justru perjuangan para tokohnya sangat manusiawi.
Aku kira aku masih kuat membaca mengenai pemisahan raga dan sudah mempersiapkan diri, kenyataannya aku masih khawatir dan merasakan saying kepada para Unwind.
Aku kira aku mendaptkan cerita yang biasa saja, justru kebalikannya. Aku mendapatkan cerita yang luar biasa.

Cara bercerita Neal sederhana, mengalir begitu saja. Tidak perlu mikir berat, cukup nikmati saja. Sudut pandang penceritaan yang berganti setiap tokoh utama membuat cerita semakin menarik. Sebenarnya tidak hanya para tokoh utama, para tokoh pendukung dan sampingan pun mendapatkan cerita dengan sudut pandang mereka yang membuat cerita semakin menarik dan semakin utuh.

Selipan iklan layanan masyarakat dan informasi lainnya dari Neal Shusterman juga semakin menambah nilai lebih buku ini.

Pada akhirnya memang tidak banyak yang bisa aku ceritakan mengenai buku keempat ini. Biarlah kalian sebagai pembaca yang mencari tahu.

Sebagai renungan, ada pertanyaan yang aku pikirkan yaitu, "Apakah hal-hal buruk dan kejam, selama tidak terjadi kepada kita sendiri justru membuat kita tidak peduli? Atau kita peduli? Tapi seberapa besar tindakan yang bisa kita lakukan?"

Kesimpulan dariku adalah, Unwind Distologi ini KEREN banget dan harus kalian baca. Namun, jangan mengharapkan petualangan besar-besaran. Namun, jika kalian ingin membaca sesuatu yang menyentuh hati kalian, sisi kemanusiaan kalian, bacalah seri ini.

Terima kasih kepada @bukugpu yang sudah menerbitkan seri ini.
Terima kasih kepada mbak Mery Riansyah @meryri30 yang sudah menerjemahkan buku ini. Juga kepada mbak @bruziati selaku editor.
Sebuah pengalaman luar biasa membaca buku ini dan berpetualang bersama Connor, Risa, Lev, Cam dan para Unwind lainnya.


Unwind - Pemisahan Raga (Unwind Dystology #1) | Rating ★★★★☆
Unwholly - Lanjutan Unwind (Unwind Dystology #2) | Rating ★★★★☆
Unsouled – Jiwa Yang Tercerabut (Unwind Dystology #3) | Rating ★★★★☆
Undivided – Kembali Utuh (Unwind Dystology #4) | Rating ★★★★☆

Komentar

  1. Wow, dapat lima bintang. Saya agak-agak teringat dengan Never Let Me Go, tapi mungkin seri ini lebih banyak unsur ketegangan ya?
    (masuk list)

    *Saya baru tahu ada istilah distologi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 4 bintang sih itu. Hehe. Ini seri disebut distology. Kuramg ngerti maksudnya, kynya sih dr Dystopia + logi.

      Hapus
    2. Mungkin kalo tiga kan trilogy. Karna ada 4 series jadi 4(deca) logy. Jadi distology

      Hapus
    3. Tapi kalau 4 buku kan lebih lazim disebut tetralogy. Hehe.

      Hapus
  2. Baru baca buku yang pertama,
    Dan makasih reviewannya udah ngingetin lagi jalan ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Selamat melanjutkan membaca ya :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak