Langsung ke konten utama

[Book Review] The Silkworm - Ulat Sutra karya Robert Galbraith


The Silkworm

Pengarang : Robert Galbraith
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama 2014
536 halaman
ISBN 978-602-03-0981-1

Alih Bahasa: Siska Yuanita ; Alih Bahasa Kutipan : M. Aan Mansyur.
Desain sampul mengikuti novel asli, dengan beberapa perubahan oleh Marcel A.W.


Aku jatuh cinta dengan The Cuckoo’s Calling. Oleh karenanya, dahulu, tiga hari setelah perilisan resmi novel ke-2 kisah detektif partikelir Cormoran Strike dan asistennya Robin Ellacott oleh GPU, buku ini akhirnya aku dapatkan. Senang banget karena terbitnya edisi bahasa Indonesia-nya tergolong cepat. Hore...

Buku kedua kisah Cormoran Strike – si detektif partikelir dan sekretarisnya, Robin, berjudul The Silkworm atau dalam bahasa Indonesia Ulat Sutra.

Ada apa dengan Ulat Sutra?
Mengapa judulnya ulat sutra?
Kasus apakah yang akan dihadapi oleh Cormoran Strike kali ini?

Penasaran. Itulah yang aku rasakan.

Kisah dalam buku ini bercerita tentang Cormoran yang kini namanya sudah dikenal (terkenal) banyak orang setelah mengungkapkan kebenaran kasus tewasnya model ternama Lula Landry. Banyak kasus yang akhirnya datang kepada mereka, namun masalah perselingkuhan dan harta yang paling mendominasi. Kasus-kasus seperti ini membuat Cormoran jenuh dan tidak terlalu bersemangat.

Di tengah beberapa kasus perselingkuhan yang ditangani, Cormoran justru tertarik untuk menerima tawaran dari seorang wanita yang kelihatannya tidak akan mampu membayar upah penyelidikan Cormoran. Dia dimintai tolong untuk mencari suaminya yang menghilang dan membawanya pulang. Seorang yang hilang ini adalah novelis bernama Owen Quine. Sang istri, Leonora Quine, mengira suaminya pergi begitu saja seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Dikatakan kahawatir sih sebenarnya tidak juga. Namun, dia tetap membutuhkan suaminya untuk pulang apalagi kondisi anak mereka yang ‘berbeda’ dan mebutuhkan kehadiran ayahnya.

Ternyata kasus hilangnya Owen Quine bukanlah kasus “menghilang sejenak” yang biasa saja. Kenyataan di balik menghilangnya sang penulis jauh lebih kompleks dari dugaan sang istri dan Cormoran. Apalagi ketika Cormoran menemukan sang penulis tewas terbunuh dengan cara yang keji, sadis dan dilakukan dengan perencanaan yang sangat matang. Penggambaran kondisi mayat Owen Quine cukup “mengganggu” karena dituliskan dengan detil.

Owen Quine diketahui sedang mengerjakan sebuah novel yang kontroversial yang berjudul Bombyx Mori alias ‘Ulat Sutra’ dan diduga dia dibunuh karena novel tersebut.

Mengapa novel “Bombyx Mori”ini kontroversial?

Hal ini disebabkan karena isinya menyinggung dan menghujat banyak orang, terutama orang-orang yang dekat dengan Owen Quine. Rahasia dan keburukan mereka diungkapkan secara simbolik melalui tokoh-tokoh yang ‘aneh’ di dalam novel tersebut disertai penggunaan kata-kata yang vulgar dan menjijikkan. Wajar jika keberadaan novel ini membuat marah banyak orang.

Masalahnya, hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan novel ini karena belum diterbitkan. Namun, orang-orang yang disinggung dalam novel tersebut sebagian besar sudah mendapatkan salinan naskahnya. Jadi orang-orang yang terkait dengan novel itu dicurigai membunuh sang novelis karena cara pembunuhannya mengikuti cara pembunuhan yang digambarkan dalam novel Bombyx Mori tersebut. Kalau menelusuri kisah Owen dan hubungannya dengan orang-orang sekitarnya, orang-orang tersebut masing-masing punya alasan untuk membunuh sang penulis.

Siapa saja yang disinggung dalam novel Bombyx Mori tersebut?
  • Leonora Quine : istri Owen Quine
  • Kathryn Kent : Pacar rahasia Owen Quine
  • Pippa Midgley : Perempuan yang masih muda yang mengaku tahu apa yang sedang ditulis Owen
  • Elizabeth Tassel : Agen Owen Quine, dulu juga seorang penulis.
  • Jerry Waldegrave : Editor Owen Quine
  • Michael Francourt : Sahabat Owen yang juga seorang penulis. Namun hubungannya dengan Owen tidak terlalu baik.
  • Daniel Chard : Presiden penerbit Roper Chard.

Ada pula Nina Lascelles yang membantu Cormoran mendapatkan salinan naskah Bombyx Mori dan beberapa tokoh lainnya.

Leonora Quine dicurigai oleh polisi sebagai pelaku utamanya karena motifnya ada dan didukung alibi yang lemah. Namun, Cormoran tentu saja tidak percaya begitu saja, bahkan seolah berlomba dengan waktu untuk mengungkap pelaku sebenarnya sebelum Leonora dijatuhi hukuman.

Kebenaran apakah yang ada di balik kasus pembunuhan Owen Quine dan novel Bombyx Mori?

Siapakah yang membunuh Owen Quine? Kenapa?

Pertanyaan yang menimbulkan rasa penasaran hingga lembar terkahir dan layak didapatkan jawabannya di akhir setelah melalui proses penyelidikan oleh Cormoran dan Robin. Luar biasa!

Kisah The Silkworm menceritakan kehidupan para penulis dan persoalan yang ada di dalamnya. Menarik.


Opini Pribadi :

The Silkworm karya Robert Galbraith masih memiliki daya pikat yang kuat seperti halnya The Cuckoo's Calling. Bahkan level kasus pembunuhannya jauh lebih mengerikan dan kompleks dibandingkan dengan The Cuckoo's Calling.

Yang bikin suka :
  • Suka cerita detektif tentu saja. Apalagi kasus di buku ini lebih kompleks dibandingkan yang pertama, lebih seru, pembunuhannya lebih sadis, dan tentu saja lebih menegangkan.
  • Hubungan antara Cormoran Strike dan Robin semakin dekat. Bahkan Robin kini perannya tidak hanya sebagai asisten biasa. Hal ini disebabkan karena Robin ingin lebih dari asisten apalagi dia memiliki kemampuan yang bias diandalkan. Dia ingin sejajar dengan Cormoran, oleh karena itu konflik yang terjadi antara mereka sering bikin senyum-senyum sendiri. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan masalah Cormoran – Robin – Matthew (tunangan Robin), aku suka banget. Robin bersikeras mempertemukan Cormoran dengan tunangannya, Matthew. Namun, hubungan yang terasa dingin cenderung bermusuhan tanpa sebab antara kedua lelaki itu membuat Robin serba salah.
  • Pelakunya mungkin bagi sebagian orang sudah bisa ditebak karena motif dan keterlibatannya tersebar di seluruh cerita, akan tetapi tetap saja, ada rahasia tak terduga yang luar biasa di akhir kisah, Selain itu, aku menyukai cara Cormoran mencari bukti, motif, dan pelakunya. Sama seperti The Cucukoo’s Calling, wawancara satu persatu dengan para tokoh yang terlibat sangat menarik untuk diikuti. Seolah-olah kita ikut dalam sesi wawancara tersebut.
  • Di buku ini, semakin banyak tokoh yang dimunculkan yang berhubungan dengan Cormoran Strike. Tokoh tersebut adalah teman dan juga saudaranya. Mereka tentu saja muncul dengan kontribusi membantu penyelidikan Cormoran. Rasanya senang tokoh-tokoh di sekitar Cormoran dimunculkan, apalagi orang-orangnya seru dan unik. Semoga nanti peran mereka semakin banyak dan menarik.
  • Lagi dan lagi, dalam cerita The Silkworm banyak digambarkan Cormoran mampir ke sebuah cafe, restoran atau tempat makan lainnya di sekitaran London. Ah, ini bagian yang aku suka juga karena penggambaran tokoh yang sedang makan selalu bikin lapar dan pengen mencicipinya. Sluurrrp..

Kelemahan :
  • Menurutku, bagian awal pembuka buku ini agak membingungkan. Pembukanya tidak ditampilkan dengan prima layaknya The Cukckoo's Calling. Kesannya terburu-buru (mungkin juga karena waktu baca aku tidak konsentrasi sepenuhnya).

Kesimpulan :
Suka dan tentu saja gak sabar nunggu kisah selanjutnya. Ayo Robert Galbraith, aku menunggu kisah Cormoran dan Robin selanjutnya :)


Nilai : 4 dari 5


*Baru tahu kalau ulat sutra itu tidak disiram zat asam ; Ulat sutra direbus untuk mendapatkan kepompongnya :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak