Langsung ke konten utama

KONTES MENYANYI (Part I)

Mau nulis cerita lucu ah (garing sih mungkin).
Pengen aja nulis cerita sesekali, tapi kaya'nya bakal panjang.
Bagi yang bersedia (meluangkan waktu) untuk membacanya, selamat menikmati..

***

Alkisah hiduplah seorang cewek yang mempunyai hobi menyanyi. Salah satu impian terbesarnya adalah mengikuti kontes menyanyi dan memenangkannya. Akhirnya setelah cukup lama menunggu kesempatan langka itu, diikuti olehnya-lah suatu ajang pencarian bakat. Kontes menyanyi local, tingkat RW, eh bukan, tingkat kampung ding (gak jauh beda sih). Sebuah acara yang cukup bergengsi di daerah tersebut.
Mengapa dikatakan bergengsi? Tentu saja karena lomba ini meningkatkan kepopularitasan pemenangnya. Orang sekampung bakal mengenalnya, dimintai foto dan juga tanda tangan. Hadiahnya pun menggiurkan. Sebuah sepeda merk terbaru yang bisa berjalan terus walau tidak digenjot. Hadiah lainnya berupa uang tunai tiga juta rupiah, voucher belanja senilai lima ratus ribu rupiah di supermarket terkenal di daerah itu (sponsor utama) dan juga bakalan dibuatkan album rekaman untuk dijual di pasar-pasar local. Indie gitu deh.Terkenal. Itulah sebenarnya keinginan terbesar sebagian besar peserta.
Juri atau komentatornya tiga orang yang punya nama. Mereka adalah penyanyi dangdut terkenal (yang sering muncul-muncul di tivi lokal), pemenang kontes menyanyi tahun lalu dan pak Bupati tentu saja. Hal inilah yang membuat cewek tersebut begitu bersemangat mengikuti kontes menyanyi kali ini (ada idolanya).
Oia, walaupun jurinya penyanyi dangdut, kontes ini bukan kontes menyanyi dangdut lho. Semua peserta bebas menyanyikan lagu apa aja yang dia suka. Mulai dari dangdut, keroncong, kasidahan, pop, r&b, blues, rock, klasik, punk, ska, country, hip hop, reggae, metal, bahkan menyanyikan lagu anak-anak atau lagu perjuangan pun diperbolehkan. Cuma yang paling penting adalah bisa menghibur. Pesertanya dibatasi 17 tahun ke atas.
Hmm, berbicara mengenai cewek ini, umurnya 19 tahun. Muka lumayan cantik, bisa menyamai Nia Ramadhani (kalau kamu bertanya kenapa Nia Ramadhani, jawabannya ya, karena maunya saya sebagai pencerita. Nama itulah yang pertama kali muncul dalam benak saya waktu membuat cerita ini. Gara-garanya sih keinget ama iklan ‘sms selebriti’ yang 9090 itu. Gak mau ikutan sih, cuma iklan itu sering banget muncul di televisi). Body lumayan seksi. Suaranya pun lumayan bagus. Teman-teman, orang tua, tetangga yang pernah secara gak sengaja dengar dia nyanyi bilang gitu. Bahkan bak mandi, gayung, handuk, sabun, sikat gigi, odol dan semua benda yang ada di kamar mandi pun mengakui hal tersebut. Tentu saja karena dia sering banget menyanyi di kamar mandi. Ya, semuanya serba lumayan. Walaupun hanya berbekal ke-lumayanan, mungkin hal inilah yang juga bakal membuat dia lumayan beruntung.
Tetapi, ada hal yang patut disayangkan. Dengan wajah, tubuh dan suara yang lumayan, semua itu tidak bisa memberikan kepercayaan diri kepadanya. Cewek itu gak punya keberanian sama sekali tampil di muka umum. Pemalu dan grogian abis. Wajar kan kalau dia itu punya penyakit demam panggung. Wah, pemalunya ini bukan lumayan parah lagi, tapi, parah abis dah. Jangankan disuruh menyanyi di depan banyak orang, bertemu orang lain atau tetangga dan tiba-tiba menyapanya atau bertanya hendak kemana, eh, dia bukannya menjawab malah lari terbirit-birit. Makanya, orang-orang mengira dia pemalu, ada juga yang menyangka dia itu menderita autis. Kalau yang menganggap dia ‘orang aneh’ ada gak? Nah, itu dia. Aku sendiri sebagai penceritanya mulai beranggapan dia cewek aneh. (mungkin juga kalian berfikir kalau sebenarnya aku-penceritanya yang aneh kan? Gpp kok, nyante aja, udah biasa dikatai aneh).
Jadi, dia mengikuti kontes menyanyi ini hanya dengan modal kenekatan. Bisa dibilang ini kelebihan atau mungkin kekurangannya yang lain. Kalau dia sudah menetapkan akan melakukan suatu hal, maka dia bakal nekat ngelakuinnya. Terserah apapun hasilnya. Makanya, begitu pengumuman lomba ditempel, dia langsung mendaftar dan menjadi pendaftar ketiga (yang sekaligus menjadi nomor urut tampil di panggung). Pesertanya cukup banyak, ada 64 orang lho.
Lombanya tujuh hari lagi. Cewek itu berlatih dengan keras dan gigih. Mentalnya pun dia tempa habis-habisan. Apapun yang dia lakukan, ke mana pun dia pergi bahkan dalam tidur pun dia berlatih menyanyi. Di pasar, di halaman rumah, di lapang bola bahkan di jalan raya pun menjadi medan tempa mentalnya. Sebuah usaha yang gigih. Patut diancungi jempol (semua jari deh).
Hari demi haripun berlalu. Akhirnya tibalah hari kontes menyanyi.
Lomba dimulai pukul delapan pagi berlokasi di lapangan sepak bola RW. Cewek ini pun dandan habis habisan, kostumnya keren. T-shirt (eh, tank top si sebenarnya) motif pelangi, topi dan kain pantai. Make up lumayan tebal dan menor. Wangi parfum pun lumayan semerbak. Tak lupa ditambah kalung dan gelang tangan-kaki dari kerang laut. Lumayan keren kan? Mudah-mudahan para penonton dan dewan juri juga lumayan terkesan dengan penampilannya. Apalagi kalau dia sudah bernyanyi, mudah-mudahan juga dengan tarikan nafas dan kemampuan vokalnya yang lumayan dahsyat (lumayan bertambah bagus dari sebelum lomba) akan lumayan menambah kesan dan nilai dari penonton. Oia, lagu yang bakal dia nyanyikan adalah….
Apa ya? Aku juga lupa sih. Hahaha. Maaf para pembaca. Bayangkan atau kalau gak, pilih sendiri deh lagu yang bakalan cewek itu nyanyiin. Apa aja deh yang kalian sukai.
Aaah… ada satu hal yang aku lupain. Aku belum menyebutkan nama cewek ini kan? Kalian pasti bertanya-tanya siapa nama cewek ini kan? Hehehe. Maap-maap bagi yang merasa gitu.
Cewek ini bernama ’Cewek’. Ya, betul, aku gak bercanda. Nama lengkapnya ’Cewek Wulandari’. Panggilan sebenarnya sih Wulan (dia pengennya begitu), tapi, karena mukanya yang lumayan cantik dan badan yang lumayan seksi, lumayan banyak cowok yang sering godain dan naksir padanya. Kalau cewek ini lewat di depan cowok yang lagi bergerombol, dia selalu dipanggil (istilah lebih kasarnya digodain) “cewek” sambil disiulin. Nah, makanya, orang-orang lebih suka memanggilnya cewek. Awalnya sih dia protes, tapi, lama-lama terbiasa juga. Ok, cukup segitu dulu perkenalannya. Jangan tanyakan kenapa namanya seperti itu, ok! Karena aku pun tidak tahu, jadi percuma saja. Lagian dia juga gak bakalan jawab kok.
Untuk mempersiapkan lahir dan batinnya yang gak karuan, cewek itu berangkat pagi-pagi banget. Jam tujuh dia udah berangkat, padahal lomba dimulai pukul sepuluh waktu setempat. Mempelajari medan tempur, gitu alasannya. Gak ada yang mengantarnya. Orang tuanya sibuk kerja di sawah. Pacar gak punya. Temannya bisa dibilang hampir gak ada gara-gara sifat pemalunya itu. Jadi, terpaksa dia berangkat sendirian. Kaget juga dia kalau ternyata penontonnya sudah berjubel gitu padahal masih tiga jam lagi. Dia juga gak nyangka juga sih kalau kontes menyanyi ini begitu ditunggu-tunggu oleh semua orang. Penontonnya pun gak cuma dari kampung itu, tapi juga dari kampung tetangga bahkan banyak juga dari kampung yang letaknya jauh banget. Kontan aja dia langsung gemetaran, grogi dan katanya sih hampir pingsan.
Lagu yang bakal dia nyanyiin hampir terlupakan. Cepat-cepat dia menghapal dan mengingat kembali lagu yang bakal dibawain. Yap, akhirnya lagu itu sudah diingatnya dengan baik. Di luar kepala, gitu istilahnya.


bersambung ke Part II...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

Our Town (The Town That You Live In - Sebuah nostalgia tentang kampung halaman)

Our Town - James Taylor (Cars OST) Long ago, but not so very long ago The world was different, oh yes it was You settled down and you built a town and made it live And you watched it grow It was your town Time goes by, time brings changes, you change, too Nothing comes that you can't handle, so on you go Never see it coming, the world caves in on you On your town Nothing you can do. Main street isn't main street anymore Lights don't shine as brightly as they shone before Tell the truth, lights don't shine at all In our town Sun comes up each morning Just like it's always done Get up, go to work, start the day, Open up for business that's never gonna come As the world rolls by a million miles away Main street isn't main street anymore No one seems to need us like they did before It's hard to find a reason left to stay But it's our town Love it anyway Come what may, it's our town. *** Saya foto 22/7/2009 setelah