Langsung ke konten utama

Kabur Ke Sungai - Nostalgia Masa Kecil


Hari Minggu. Cuaca mendung. Rudi berencana belajar kelompok bersama teman-teman sekelasnya.
Rudi adalah seorang pelajar kelas 5 Sekolah Dasar.
Anak rajin tapi tidak terlalu mematuhi kata-kata kedua orang tuanya. Terutama ibunya.

”Ibu, aku mau pergi belajar kelompok di rumah Rani. Ada tugas sekolah.” Rudi memberitahu ibunya.

“Hati-hati ya, Nak!! Awas, jangan main-main ke sungai ya! Bahaya. Mendung dan hujan begini air sungainya meluap.” Ibunya menasihati karena rumah Rina dekat dengan sungai dan tahu betul sifat Rudi.

“Iya, Bu. Aku berangkat dulu.” Rudi menjawab dan memang selalu begitu walaupun masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Buru-buru ia menyambar tas, memakai sandal dan pergi meninggalkan ibunya.

”Rudi... Payungnya ketinggalan!” Ibunya berteriak, tapi, Rudi sudah menghilang di tikungan jalan.

Sesampai di rumah Rina, semua sudah berkumpul. Rina, Karim, Abdul, Tonio dan juga Kania. Mereka memang berencana belajar berenam.

”Halo teman-teman!” Rudi menyapa dan langsung duduk di dekat teman-temannya.
Kemudian mereka mulai belajar bersama-sama. Baru lima menit mengerjakan PR, tiba-tiba hujan deras turun. Kilat telihat di langit dan guntur pun terdengar memekakkan telinga.

”Wah, hujan.” Seru Karim.
“Asyik nih. Hujannya deras lagi.” Dilanjutkan oleh Abdul.
”Mmm... Teman-teman, bagaimana kalau kita pergi berenang ke sungai saja. Pasti seru. Airnya deras dan kita bisa bermain sepuasnya!” Langsung Tonio mengusulkan.
”Setuju!” Semua berteriak.
”Ayo kita kabur! PR-nya bisa kita selesaikan nanti saja!!” Rudi juga berseru denga semangat dan langsung berlari ke tengah hujan dan diikuti teman-temannya menuju sungai.

Sesampai di sungai, mereka langsung berenang bersama. Seru. Asyik. Airnya deras, tapi tidak membuat takut mereka.
Ah, tiba-tiba sewaktu asyik berenang, punggung Rudi tergores batu di pingir sungai. Bajunya sobek sedikit dan punggungnya berdarah.
Tiba-tiba juga, sandal Rudi yang di pinggir sungai hanyut begitu saja.

Tak lama kemudian hujan berhenti. Mereka kelelahan dan pulang ke rumah Rina. Rudi kehilangan sandal sebelah kanannya. Tapi, dia tidak mempedulikannya.
Semua basah kuyup. Lelah dan kedinginan.
”Wah, aku capek.” Kata Rina.
”Aku juga!” Yang lain menjawab.
”Kita pulang saja yuk! Tugasnya kita kerjain sendiri di rumah saja.” Kata Kania.
Semua setuju dan pulang segera ke rumah masing-masing.

Sepanjang jalan, Rudi teringat kata-kata ibunya tadi. Dia basah kuyup walaupun hujan sudah reda waktu dia pulang. Bajunya robek sedikit dan punggungnya tergores. Ditambah pula sandal sebelah kanannya hanyut.

”Haaah... Aku pasti dimarahi ibu. Ibu pasti tahu...!” Rudi berkata kepada dirinya sendiri.
.
.
*****

.
Iseng membuat sebuah cerita tentang anak kecil. Sudah lama tidak membaca cerpen atau dongeng untuk anak-anak. Dulu sih sering sewaktu masih kecil, terutama baca dari majalah BOBO.
BOBO teman bermain dan belajar...

Berbicara mengenai masa kecil, sebenarnya saya sedang merindukan masa-masa itu *ah, gak juga sih sebenarnya.
Masa kecilku itu menyenangkan walaupun terbilang biasa saja. Soalnya, aku tipe anak rumahan, lebih sering berada di rumah daripada keluar bermain. Percaya atau tidak, semakin bertambah umurku, semakin jarang keluar bermain. Padahal justru bagi yang lain kebalikannya..

Aku jarang bermain bersama teman-teman sekolahku. Lebih sering bersama tetangga-tetanggaku, sepupu dan saudara-saudaraku.
Bukannya apa atau apa. Rumah teman-temanku lumayan jauh sih, lagipula karena aku dulu (dulu ya) pendiam, makanya sebenarnya gak terlalu akrab dengan teman-teman sekolah. Jarang mengunjungi dan dikunjungi. hehehe...
Jika ingin bernostalgia, banyak permainan yang dulu kami lakukan. Anak sekarang mana pernah terlihat melakukan permainan tradisional. Padahal sangat mengasyikkan.

Tempat bermain yang paling asyik adalah di halaman rumah nenekku yang ada di belakang rumah. Main apa saja jadi di sana.
Banyak jenis permainannya. Mulai dari Geleng (petak umpet), selodor (gobak sodor), main karet, main kelereng, main ketek, benteng, terasi/acan, main pelandang, sebok peta, dengkak (Dengklak), sekolah batu, jeletuk manuk, dan masih banyak yang lainnya.
Aku masih ingat insiden sewaktu bermain petak umpet dan telapak kakiku luka tanpa aku sadari. Ternyata hampir setengah telapak kakiku terluka oleh beling. Berdarah sangat banyak dan tentu saja langsung dilarikan ke rumah sakit sambil nangis sekencang-kencangnya. Hahaha..
Waktu bermain yang paling ayik adalah sore hari tentu saja.
Kadang kami bermain sampai lupa waktu. Sampai diusir dengan cara disiram pake seember air. Sungguh menyenangkan.

Dahulu sering juga main masak-masakan. Pake grabah dari tanah liat.
Bermain bola (walaupun aku gak bisa main bola. hahaha), main kasti sewaktu SD (olah raga favorit) dan permainan lainnya.
Hal yang menggembirakan dahulu adalah pergi bermain ke sawah (alias BANGKET). Sungguh menyenangkan. Kadang untuk menangkap capung, belalang sampai sering dikejar pemilik sawah sambil membawa golok.

Pernah juga main-main ke sungai yang dalam (kokoq) hanya untuk mencari tanah liat untuk prakarya sewaktu SD. Sampai-sampai temanku pernah jatuh dan luka di jidatnya.
Kangen? iya, tentu saja.
Kadang-kadang ingin rasanya mengulang masa-masa itu. Walaupun masa itu sudah pernah terlewati dan dinikmati, namun kadang memang terbersit keinginan untuk menikmati kembali kebahagiaan dan masa-masa itu.
Menjadi anak kecil itu menyenangkan bukan? Bisa bermain sepuasnya, bisa merasakan bahagia tanpa harus memikirkan banyak hal (tidak seperti sekarang).
Mungkin tidak tepat dikatakan bahwa aku ingin kembali ke masa itu dan mengalaminya lagi *tentu saja gak mungkin. Hal yang aku inginkan sebenarnya mungkin saja ingin menikmati kembali perasaan itu. Perasaan dan suasana hati ketika mengalami kejadian itu. Dimana aku beigitu bersemangat dan bahagia. Bahagia yang tulus karena tidak ada beban yang bergelayut di hati dan pikiran.
Bebas dan lepas laksana burung *apa sih...?

Aku akhirnya ingat suatu perkataan, kira-kira seperti ini,
Berpikirlah dewasa namun bertingkahlah seperti anak kecil. Karena dengan berpikir dewasa itu kamu akan bisa menjalani hidup dengan baik, namun saat berada si masa kanak-kanak (dalam dunia anak kecil) kebahagiaan yang tulus dan tanpa beban itu dapat dirasakan.
Kira-kira begitulah kata-katanya. Lupa pernah baca di mana dan bacanya pun sekilas...

Oke deh. Nostalgianya cukup saja ya.
Enjoy everything in you life =)

Komentar

  1. oh gitu y? hahaha... iya saya ingat sewaktu dilarikan ke rumah sakit. suasananya langsung dramatis.

    terakhir saya pulang, halaman rumahnya papuq tuan sudah dibeton, dan tidak seluas yang saya ingat (interpretasi masa kecil)

    BalasHapus
  2. Huda - Bekas lukanya udah gak ada tuh sekarang.
    Iya sih emang halaman itu terasa sempit, padahal dulu luas banget ya rasanya.

    Ada satu hal lagi yang menurut saya mengasyikkan. Yaitu kalau ada banyak tumpukan pasir di pinggir jalan. Biasanya sih kalau ada yang mau bangun.

    Di pasir bikin apa saja. Jembatan (gali dari dua sisi hingga terhubung dan terowongannya gak rusak), atau bikin lubang jebakan. Hahahaha.. mengasyikkan.

    BalasHapus
  3. haha, aku dulu sukanya baca majalah Mentari Putera Harapan, nebeng temen yang langganan. paling suka rubrik komik hamidalid dengan mantranya Similikiti!!haha

    BalasHapus
  4. Yen - Aku dulu ingatnya Majalah ANANDA, waktu masih kecil banget. Soalnya bapakku dulu langganan majalah itu. hehehe...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

Our Town (The Town That You Live In - Sebuah nostalgia tentang kampung halaman)

Our Town - James Taylor (Cars OST) Long ago, but not so very long ago The world was different, oh yes it was You settled down and you built a town and made it live And you watched it grow It was your town Time goes by, time brings changes, you change, too Nothing comes that you can't handle, so on you go Never see it coming, the world caves in on you On your town Nothing you can do. Main street isn't main street anymore Lights don't shine as brightly as they shone before Tell the truth, lights don't shine at all In our town Sun comes up each morning Just like it's always done Get up, go to work, start the day, Open up for business that's never gonna come As the world rolls by a million miles away Main street isn't main street anymore No one seems to need us like they did before It's hard to find a reason left to stay But it's our town Love it anyway Come what may, it's our town. *** Saya foto 22/7/2009 setelah