Masih
nuansa lebaran nih dan lagi semangat aja buat nulis sebelum kesibukan
menjelang.
Salah
satu hal yang identik dengan lebaran adalah meminta maaf dan memaafkan.
Sebenarnya bukan hanya lebaran saja sih minta maaf itu dilakukan, namun rasanya
lebaran adalah suatu momen yang dirasakan pas untuk melakukan kegiatan ini jika
dibandingkan waktu lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya jangan disia-siakan
kesempatan yang ada untuk meminta maaf kepada orang lain atas segala kesalahan
yang telah kita perbuat. Ini hubungannya dengan hablumminannas..
Meminta
maaf itu bisa dibilang mudah untuk dilakukan. Walaupun sebenarnya tidak juga
bagi sebagian orang (apalagi bagi orang yang mengaku diri tidak salah atau
orang lain yang bersalah). Tinggal mengatakan kata “maaf” tentunya tergantung
niat dan ketulusan hati. Apakah benar-benar meminta maaf atau hanya sekadar
formalitas saja.
Sebenarnya,
hal yang ingin aku katakana adalah ada hal yang lebih sulit dari meminta maaf.
Yaitu “memaafkan”. Memaafkan itu sebenarnya jauh lebih sulit daripada sekadar
meminta maaf walaupun keduanya tentu saja penting. Cuma, aku gak tau bagaimana mengatakannya
dengan baik dan bagaimana membandingkannya (jadi kalau ada kesalahan, mohon dimaafkan).
Memaafkan
itu… berkaitan dengan hati dan karena berkaitan dengan hatilah makanya aku
mengatakan memaafkan itu sulit untuk dilakukan walalupun tidak mustahil.
Karena
berkaitan dengan hati, maka berkaitan pula dengan kesabaran dan keikhlasan. Dua
hal itu tentunya tidak dengan begitu mudahnya kita lakukan (terutama untuk saya
sendiri).
Coba
bertanya sejenak kepada diri kita sendiri bagaimana perasaan dan sikap kita
sendiri apabila ada orang yang meminta maaf kepada kita? Kemudian, bagaimana
jika yang meminta maaf adalah orang yang kamu benci, tidak sukai dan pernah
berbuat sesuatu yang bukan cuma tidak kamu sukai namun juga sangat membuat
sakit hati? Benarkan kita memaafkan dengan ikhlas tanpa ada sedikit perasaan
tidak suka walaupun cuma sedikit?
Terus
terang, bagiku sendiri sulit untuk melakukan hal itu. Pernah juga terlintas
dalam hati jengkel dan berpikir buat apa memaafkan dia, apa gunanya bagi kita
sendiri, kesalahan yang dia lakukan tidak dapat dimaafkan. Bila perlu kalau
bisa dibalas, akan aku balas sakit hati yang ada.
Oke,
mungkin itu terlalu berlebihan. Tapi, terhadapa sesuatu yang tidak kita sukai
dan atau terhadap orang yang tidak kita sukai (dengan berbagai alasan) begitu
dia meminta maaf, mohon maaf aku tidak bisa langsung memaafkan begitu saja.
Dalam artian, iya dalam lisan aku mengatakan aku memaafkan, namun hati ini
belum sepenuhnya menerima. Dan kadang, akan berangsur membaik seiring dengan
berjalannya waktu. Dan itu bisa dibilang memaafkan. Tapi, butuh proses yang
berarti bahwa memaafkan dengan ikhlas dan tulus tidak bisa terjadi begitu saja
(dalam kasusku).
Padahal
sebenarnya, memaafkan itu adalah perbuatan yang sangat mulia. Sebenarnya
memaafkan itu akan membawa manfaat yang jauh lebih baik bagi diri kita sendiri.
Aku
pernah membaca suatu kalimat menganai memaafkan tersebut. Beginilah katanya …
“Sejatinya, memaafkan adalah
untuk kepentingan dan kemaslahatan diri kita sendiri. Ketika kita memaafkan
berarti kita melepaskan diri dari ikatan emosi negatif yang merugikan fisik dan
psikis kita. Bagaikan orang yang menggendong ransel berisi bebatuan yang berat,
kemudian ia membuang batu-batu itu satu persatu. Demikianlah, memaafkan berarti
kita melepaskan beban yang menghimpit diri dan jiwa kita.”
Dan
tentu saja itu BENAR sekali. Aku sendiri mengakui bahwa ketika kita mulai bisa
memaafkan, sebenarnya kita melepas beban yang membelenggu kita secara
perlahan-lahan.
Pernahkah
kau merasakan kedamaian ketika rasa memaafkan kesalahan orang lain itu kau
lakukan daripada memendamnya terus menerus? Perlahan-lahan tubuh dan pikiran,
serta hati merasa lebih ringan dan mungkin banyak di antara kita yang tidak
menyadarinya (termasuk saya sendiri).
---
Tulisanku
di atas sepertinya berat banget ya pembahasannya. Entah ada angina pa yang
membuatku menulis hal ini. Mungkin sebagai pembelajaran bagi diri sendiri untuk
lebih bisa sabar dan tulus ikhlas dalam memaafkan orang lain.
Sudahlah,
berat atau tidaknya bahasan di atas, yang pastinya aku berharap semoga
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Termasuk diri saya sendiri. Mohon
maaf atas segala kesalahan yang tertulis secara sengaja ataupun tidak oleh saya
sendiri…
Komentar
Posting Komentar