Langsung ke konten utama

[Blog Tour + Ask Author] An Ember in the Ashes (Sabaa Tahir) - Penerbit Spring




Judul Asli : An Ember In The Ashes 
Penulis : Sabaa Tahir 
Penerbit : Spring 
Penerjemah : Yudith Listiandri 
Penyunting : Mery Riansyah 
Desain Cover : Aufa Aqil Ghani 
Cetakan Pertama November 2016 
Tebal : 520 halaman

*sinopsis*

Laia seorang budak, Elias seorang prajurit.
Keduanya bukan orang merdeka.

Laia, seorang gadis berusia tujuh belas tahun mengalami perubahan nasib drastis hanya dalam satu malam ketika kakaknya, Darin, ditanggap prajurit Mask karena dituduh melakukan pemberontakan. Pop dan Nan (kakek dan nenek) Laia pun tewas di bunuh. Demi menyelamatkan kakak satu-satunya, dia rela bergabung dengan para pemberontak Resistance Scholar dan menjadi budak di Blackcliff sebagai mata-mata yang sangat berisiko menewaskannya dengan cepat.

Di satu sisi, Elias Veturia, seorang prajurit Mask mengalami pergulatan batin ingin melarikan diri dari cengkraman imperium dan tidak tahan akan kehidupan sekolah militer di Blackcliff yang kejam. Selain itu, ibunya, Keris Veturia adalah sang komandan berhati dan bertangan dingin. Keinginan melarikan diri sudah ada sejak lama dan selalu terbersit. Dia tahu bahwa risiko kalau ketahuan maka dia akan dicambuk sampai mati. Dia hanya ingin bebas.

Lambat laun, nasib Laia dan Elias saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan juga akan menentukan nasib Imperium, bangsa mereka dengan keputusan dan tindakan yang mereka ambil. Baik mereka sadari maupun tidak.

Ujung pedang adalah pendetaku. Tarian kematian adalah doaku. Pukulan mematikan adalah pembebasanku.” – Hal.18

Sebagai perhentian terakhir rangkaian blog tour dan ask author novel “An Ember in the Ashes” ini, semoga masih belum bosan membaca ulasan dariku. Aku tidak akan bercerita terlalu banyak karena kalian bisa mendapatkan ringkasan lebih detail di blog-blog sebelumnya, yaitu : Aruki WordsThe Book ConsultantNtarieNovrizalPeek the Book, dan Umi Marfa. Apalagi yang bisa aku tuliskan jika kalian sudah mendapatkan ulasan lengkap di blog-blog kece tersebut - bilang saja malas tulis ulasan panjang-panjang. Makanya, aku tuliskan yang menarik dan inti-intinya saja ya. Hehehe...

Awal mula aku mengenal kata 'Ember' adalah film "City of Ember" yang tayang tahun 2008 lalu. Aku dulu mengira "Ember" adalah ember untuk nampung air, katrok sekali kamu Bie, jadi aku membayangkan kota yang penuh ember. Hahaha...

Tapi, tidak demikian dong dengan novel ini.


"Dari kalangan pemuda yang ditempa oleh pertempuran, akan bangkit Dia Yang Telah Dinubuatkan, Kaisar Agung, momok bagi musuh-musuhkita, panglima militer terhebat. Dan, imperium akan menjadi utuh." - Hal 76


Sejak pertama kali Penerbit Spring mengumumkan akan menerbitkan novel “An Ember in The Ashes” karya Sabaa Tahir, aku tertarik. Melihat cover-nya, aku pun semakin tertarik. Namun, begitu membaca ulasan beberapa pembaca yang aku kenal, sempat muncul keraguan untuk membaca buku ini. Ulasan yang aku baca ada yang suka, ada yang suka banget, biasa saja, ada pula yang kurang menyukainya. Aku semakin ragu karena ada pertanyaan dalam diriku, “Akankah aku menyukai buku ini?”

Sebenarnya keraguan ini tanpa alasan sih. Ada novel yang terkenal, banyak yang suka, promonya bagus, premisnya menjanjikan, dan aku sangat menantikannya. Namun, setelah membaca buku tersebut, aku kecewa karena jauh dari ekspektasiku. Makanya, aku sempat was-was dan takut aku merasakan hal yang sama terhadap novel Ember ini.

Untunglah Spring membuka penawaran untuk menjadi host blog tour buku ini. Aku pun mendaftarkan diri karena aku berprinsip, “Baiklah! Mari coba baca buku ini.”. Syukurlah Spring memilihku. Aku senang. Aku bahagia.

Setelah bukunya aku terima, aku pun langsung membaca Ember ini tanpa pikir panjang lagi. Bahkan buku lain yang sedang aku baca, aku sisihkan dulu demi Ember. Membaca dua bab awal cukup membuatku merasa bahwa aku akan menyukai novel ini. Aku suka dan aku pun puas karena ketakutanku tidak terbukti. Hehehe…


Wah, malah curhat ya.

"Aku tidak percaya kisah itu sedikit pun, karena itu hanya mitos sampah." - Hal.77

Sebagai penutup rangkaian Blog Tour and Ask Author buku “An Ember in The Ashes” karya Sabaa Tahir ini, seperti biasa aku ingin menuliskan hal-hal yang aku suka dari novel ini. Daripada kalian membaca sinopsis atau ulasan lagi, mending aku tuliskan hal-hal yang aku sukai dan menjadi kelebihan novel ini, menurutku. Inilah dia…
  1. Aku suka setting negeri dengan didominasi oleh padang pasir. Setting padang pasir dan daerah kering sangat pas dengan tema cerita yang diciptakan oleh Sabaa Tahir karena lebih terasa menantang dan ‘kejam’. Selain itu aku pun membayangkan kebanyakan rumah penduduk di Imperium (Tribe maupun Scholar) didominasi oleh rumah batu/tanah dan tenda-tenda para pengungsi. Entah mengapa aku membayangkan hal tersebut.
  2. Aku suka tokoh-tokoh di buku ini dan perkembangan karakter mereka. Aku suka dengan kepolosan Laia, keberanian dan perubahan yang dia lakukan walaupun tidak banyak namun terasa pas. 
    Aku suka karakter Elias yang memiliki sifat memberontak dan kepedulian terhadap orang lain.
    Aku pun suka karakter Helene yang tegas, kuat, namun memiliki kerapuhan dan kepedulian. Kekuatannya patut dinanti perkembangannya.
    Karakter Keenan menurutku belum ada yang special sih. Biasa saja, namun ada yang bilang karakternya berkembang di buku selanjutnya. Jadi penasaran.Aku pun suka karakter Keris Veturia yang dingin, jahat, dan ada yang misterius dalam dirinya.
    Tokoh-tokoh pendukung lainnya, bahkan tokoh antagonis lainnya juga menarik untuk dikembangkan lebih lanjut.
  1. Aku suka kadar romance yang pas dan tidak berlebihan. Aku sempat khawatir lho ada yang mengatakan tidak suka asrama, eh, asmara yang terjadi di antara tokoh-tokohnya. Kalau bagiku sih sudah pas. Malah terasa sangat masuk dalam membangun ceritanya.
  2. Aku suka ujian-ujian yang harus dijalani para kandidat menjadi seorang kaisar agung. Penceritaan selama ujian berlangsung memang tidak panjang, namun keseruan dan kengeriannya sangat terasa. Good job Sabaa Tahir.Ada 4 ujian yang harus di taklukan 4 kandidat agar dapat membuktikan dirinya menjadi Kaisar Imperium. Ujian yang sangat menguras energi dan emosi.
    Aku suka  ujian untuk mencari kaisar baru. Memang setiap tahapan ujian tidak diceritakan secara panjang lebar, namun tetap menguras emosi dan jiwa. Aku salut akan penggambaran ujian oleh Sabaa Tahir ini.

Mereka berempat, dan empat sifatlah yang kami cari:
Keberanian untuk menghadapi ketakutan tergelap mereka
Kecerdikan untuk mengecoh musuh mereka
Kekuatan senjata, pikiran dan hati
Kesetian untuk memecahkan jiwa.
Kematian menggantikan segalanya.Persahabatan, cinta, kesetian. Kenangan indah yang kumiliki tentang orang-orang ini—tawa-tawa berderai, taruhan-taruhan yang dimenangkan, dan kenakalan-kenakalan yang direncanakan—semuanya telah dicuri. Yang bisa kuingat hanyalah hal-hal terburuk, hal-hal terkelam.
– Hal 397
  1. Aku suka cover novel ini. Jujur, cover berwarna hitam dengan percikan-percikan (api) berwarna keemasan terlihat sangat elegan. Kalian pasti setuju kan kalau cover “An Ember in The Ashes” ini elegan sekaligus indah.
  2. Mungkin sudah aku gambarkan sedikit di poin nomor dua. Aku suka perkembangan tokoh Laia. Perkembangan tokoh dari gadis lugu dan lemah bisa berubah dengan cara yang perlahan namun berkesan. Aku bersyukur penggambaran karakternya tidak dibuat menyebalkan, lemah, dan cari perhatian. Banyak tokoh utama perempuan yang membuatku illfeel dan ingin mendorong mereka ke jurang saking kesalnyaSelain itu, Helene pun tangguh dan bukan perempuan yang menyebalkan juga. Intinya, aku suka karakter perempuan tangguh.

Membicarakan kelebihan dan hal-hal yang aku sukai, tentu dibarengi dengan hal-hal yang kurang aku sukai dong. Ah, bukan kurang suka sih sebenarnya, cuma menurutku yang lemah dari buku ini. Hal yang menurutku kurang dari buku ini adalah…
  • Ada yang bilang awalnya terasa lambat dan ke belakang semakin seru. Justru buatku, awalnya terasa pas dan menarik, namun sempat terasa lambat dan agak membosankan di pertengahan, kemudian tensi menanjak lagi hingga akhir.

Hmmm...
Cuma ini saja sih. Hampir semua novel memiliki bagian yang menurun dan membuat pembaca bosan.
"Kau adalah bara di tengah abu. Kau akan menyala dan membakar, merusak dan menghancurkan. Kau tak bisa mengubahnya. Kau tak bisa menghentikannya-“ - Hal. 80

--- ** ---


Sebagai pemberhentian terakhir, maka aku pun akan menuliskan pertanyaan yang aku ajukan ke Sabaa Tahir. Cukup sedih sih dari empat pertanyaan yang aku ajukan hanya dijawab satu saja. Tiga pertanyaan lainnya keren, namun yang dijawab malah pertanyaan ini yang bikin sedih karena pertanyaan ini yang paling biasa tapi malah cocok untuk penutup. Hehehe... *labil.


Ini dia pertanyaannya: 

  • Any new book project? What kind of book you want to write in the future?

I am working on the third book in the Ember series. There will be a fourth after that, and then I will start on something new, I hope.
Aku sedang mengerjakan buku ketiga dalam serial Ember. Akan ada buku keempat juga, dan mungkin setelah itu aku akan memulai buku yang baru. Semoga.
Jadi, mohon bersabar ya untuk karya terbaru selain Ember series dari Sabaa Tahir. Jujur, aku penasaran sih kira-kira bakal menulis cerita yang seperti apa setelah Ember series berakhir.

Eh, bocoran juga nih buat kalian.

  • What should we expect that is going to happen on A Torch Against the Night?

Well, expect the story to get more grim, certainly! Bad things are happening in the Empire and our heroes will find it very difficult to stop them! And maaaaybe expect a bit of romance…. 
Yah, ceritanya akan menjadi lebih kelam, tentu saja. Hal-hal buruk terjadi di Imperium, dan pahlawan kita akan kesulitan untuk menghentikannya! Dan muuuungkin, kau bisa mengharapkan sedikit romansa…
  • Are there any message for your Indonesian readers?

I hope you guys enjoy the book, and thank you so so much for all of your support. I hope I will come to Indonesia one day and meet many of you in person! 
Aku harap kalian menikmati buku ini, dan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk support kalian. Aku harap, suatu hari nanti, aku bisa datang ke Indonesia dan bertemu dengan kalian secara pribadi!

Untuk GIVEAWAY mohon klik banner di bawah ini saja ya :)


 Rating
 ★★★★☆










Regards,
Sulhan Habibi

Komentar

  1. Salfok sama kalimat yang digaris di poin ke 6😂😂 dan ya, setuju. Suka banget sama karakter perempuan yang strong.

    Oh ya, ada typo tuh Kak di bagian jawaban Sabaa.. 'aka nada' harusnya 'akan ada' 😅

    P.s bocoran pertama bikin tambah mupeng sama novel ini😩

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, iya juga ya. Gak perhatiin.
      Ntar diedit deh.

      Ayo semangat ikut GA nya.
      Siapa tau beruntung menangin novelnya 😊

      Hapus
  2. wah saya setuju~ saya juga pertama suka buku ini dari covernya (♥_♥)
    cover nya emang eyecatching banget ya heuheu
    dan terimakasih untuk review-nya, saya jadi makin gak sabar buat baca buku ini (meskipun belum punya hehe)(˶′◡‵˶)

    BalasHapus
  3. sangat setuju dengan poin no 5, tapi lebih setuju kalau novel ini juga di film kan dengan tokoh-tokoh yang akan saya sebutkan di postingan sebelum pemberhentian GA ini :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak