Langsung ke konten utama

Simulasi Segelas Air

Jadi, pada suatu hari beberapa waktu yang lalu aku ketiban suatu masalah seperti yang (mungkin) pernah dialami oleh (sebagian besar) orang lain di dunia ini. Masalah yang membuat hari-hari terasa begitu berat. Tubuh capek, pikiran terasa lelah, begitu pula dengan perasaan. Bahkan ketika bangun tidur pun badan terasa begitu lelah dan pikiran nggak jernih. Tidur yang seharusnya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran justru malah membuat lelah.


Mungkin hal ini yang dinamakan stress. Akumulasi dari masalah-masalah kecil yang kadang secara tidak sadar dan secara gak langsung membebani pikiran dan hati (itu kadang terjadi). Ditambah suatu masalah yang cukup besar dan menjadi pemicu meledaknya tumpukan masalah (besar dan kecil) yang membuat diri tidak bias lagi membendungnya. Kira-kira itulah gambaran yang terjadi pada diriku (wew, serem ya).

Masalahnya apa? Hehehe, gak perlu diceritain. Pokoknya ada masalah dan kejadian yang terjadi. Sampai-sampai aku hanya ingin hari segera berakhir, pulang, istirahat dan menenangkan diri. Kalau mau agak lebay, inilah yang dinamakan ‘aku merasa lelah menjalani hari’..

Karena terasa lelah badan dan perasaan ini menanggungnya, akhirnya aku mencoba berusaha menyelesaikan semuanya. Namun, semangat kurang karena kondisi cukup lelah. Akhirnya sempat berbagi dengan seorang teman dan meminta bantuin sesuatu.

Naah, dalam peristiwa meminta bantuan itu dengan bijaknya dia mengatakan sesuatu kepadaku yang katanya emang mungkin aku sudah mencapai batas untuk menahan beban itu…



"Beban itu kalo udah terasa berat ya ditaruh dulu"
Sama aja kayak simulasi segelas air..”

“Maksudnya, misalkan kita memegang segelas air dengan tangan lurus ke depan.
Awalnya sih biasa aja, tapi semakin lama semakin capek dan terasa berat.
Semakin lama semakin banyak kekhawatiran yang muncul.
Takut gelasnya pecah
Takut airnya tumpah
Takut kamunya pingsan, dll, dst..
Kalau udah terasa capek dan berat, sebaiknya segelas air itu ditaruh dulu.
Jangan dipegang terus..

“Dan, ibaratkan segelas air itu adalah sebuah masalah yang sebenarnya kecil dan simple, semakin lama akan semakin terasa berat dan kompleks kalau terus dipendam.”


Hal itulah yang dikatakan kepadaku.

Kemudian aku berpikir, “iya sih. Secara tidak sadar aku mungkin memendam beberapa masalah yang awalnya aku kira kecil dan biasa-biasa saja, namun justru ketika ada masalah yang menjadi pemicu, masalah kecil yang menumpuk itu semakin membebani”

Naah, akhirnya aku mencoba untuk memaparkan maksud simulasi segelas air tersebut, yaitu sebagai berikut :

1.  Kalau ada masalah, besar atau sekecil apapun, janganlah dipendam. Keluarkan, selesaikan dan jangan diambil pusing (tapi bukan berarti diremehkan begitu saja). Karena kadang-kadang masalah-masalah kecil jika terakumulasi dan ada pemicu (masalah yang lebih besar) membuat kita tiba-tiba meledak karena tidak sanggup menampungnya lagi.
Cara menyelesaikannya gimana?
Aku gak bisa memberikan tips ataupun cara yang jitu. Aku bukan ahlinya. Lagipula setiap orang biasanya memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaikan masalahnya dan tentu saja memakai cara yang paling nyaman untuknya.

2.  Aku pernah membaca suatu buku yang mengatakan kalau ada masalah, rasakanlah masalah tersebut. Rasakan dan resapi kemudian lepaskan.
Merasakan dan meresapi masalah itu bertujuan agar pada saat kita mengalami masalah yang mirip atau serupa pada suatu waktu, kita tau rasanya dan bias lebih ringan dalam menjalani dan menyelsaikannya (kurang lebih begitu yang aku ingat).

3.  Perbanyak beribadah dan berdoa.
Mengadu kepada sang Maha Pencipta akan semua keluh kesah dan permasalahan yang kita hadapi. Kemana lagi kita akan mengadu selain kepada Allah SWT?
Kadang tanpa kita sadari, ketika kita menjauh dari Allah dan segala perintah dan ajaran-Nya, hati akan merasakan kekosongan dan biasanya gak tenang apalagi ketika menghadapi suatu masalah.

4.  Perbanyak melakukan kebaikan. Cara ini ampuh untuk lebih menenangkan diri sendiri dan bisa merasakan kebahagiaan yang tulus.

5.  Jangan lari dari masalah, karena kemana pun kamu pergi masalah itu bisa membayangi sewaktu-waktu tanpa kita sadari, kapan pun dan di manapun.
Jangan pula memecahkan masalah, karena kalau pecah akan semakin banyak masalah yang timbul.
Lalu bagaimana? Selesaikanlah masalah tersebut. Kalau sudah selesai kan tidak aka nada kelanjutannya bukan? Lo (masalah), gw, eeend….

Cukup itu saja dulu. Cuma itu juga yang kepikir sama otakku sekarang ini.
Sekarang aku apa kabar? Alhamdulillah, baik-baik saja (gak ada yang nanya padahal ya..)

Btw, pembahasan di atas cukup berat ya? Tapi gak apalah. Aku ingin berbagi pengalaman, siapa tau ada yang bias kalian dapatkan dari tulisan ini…

Komentar

  1. postingan ini pas banget sama apa yang lagi aku alamin sekarang..makasih udah share.. :)
    hmm..tapi meresapi masalah itu imana sih sebenernya caranya? #kurngpaham#

    BalasHapus
  2. hihih, iya juga ya? jangan lari dari masalah. jangan ditumpuk2 juga #menasihati diri sendiri.

    BalasHapus
  3. Rabest - mungkin aku salah mengutip, maklum udah lama. Tapi, kalo gak salah maksudnya adalah kita kenali masalah itu, tentunya kita cari tau penyebabnya, bagaimana tubuh dan perasaan kita bereaksi saat mengalaminya.
    Intinya adalah mengenal masalah itu sendiri dahulu, sehingga ketika kita mengalaminya lagi, kita bisa lebih siap dalam menghadapinya.

    Huda - iya, Hud.. jangan ditumpuk-tumpuk. Jangan lari juga.
    capek kan kalo lari terus? wkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak