Sabtu Bersama Bapak Cover + Sinopsis Sampul Belakang |
Judul : Sabtu Bersama
Bapak
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Cetakan Pertama : 2014
Tebal : 278 halaman,
paperback
ISBN : 978-780-721-5
Sabtu Bersama Bapak adalah sebuah cerita tentang
sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Bapak, Ibu dan dua anak laki-laki
mereka.
Bapak Gunawan Garnida, seorang sosok suami dan bapak
yang sangat menyayangi keluarganya. Bapak Gunawan meninggal karena kanker,
namun sebelum meninggal dia telah mempersiapkan segalanya untuk Istri dan kedua anak laki-lakinya.
Satya yang berumur 8 tahun dan Saka yang berumur 5 tahun. Segala hal telah dipersiapkan sehingga mereka tidak susah dan merepotkan orang lain stelah dia meninggal.
Sang bapak berjanji akan ada bersama mereka walaupun
sudah meninggal. Oleh karena itu, sebelum meninggal dia membuat pesan melalui sebuah video yang
ditujukan kepada kedua anaknya. Video yang jumlahnya ratusan. Video yang mereka tonton setiap Sabtu sore,
sebagai bekal kehidupan mereka kelak dan untuk menjawab pertanyaan mereka
tentang hidup yang tidak bisa mereka tanyakan langsung kepadanya.
*Dari kegiatan inilah judul novel ini diambil :)
Ibu Itje, seorang istri dan ibu yang sangat
menyayangi keluarganya. Seorang wanita yang tegar, kuat, dan membesarkan kedua
anak laki-lakinya seorang diri dengan cara luar biasa. Sosok ibu yang tidak
ingin merepotkan siapapun, bahkan kedua anaknya. Bahakan rela menyembunyikan
penyakit yang dideritanya. Seorang ibu yang pintar memasak. Seorang ibu yang
disayangi dan dikagumi oleh anak-anaknya.
Satya Garnida, adalah anak sulung keluarga Garnida.
Seorang yang pintar, tampan, dan tegar. Setelah sukses bekerja di industry minyak
mengakibatkan dia harus meninggalkan keluarganya untuk sementara waktu. Dia
ingin menjadi sosok kepala keluarga yang tegas dan sempurna sehingga menuntut
banyak hal dari keluarganya. Sampai akhirnya dia sadar bahwa dia jauh dari
sosok suami dan bapak yang baik. Satya pun belajar menjadi bapak dan suami yang
baik.
Cakra Garnida, adalah anak bungsu keluarga Garnida.
Belajar mencari cinta. Di usia yang menginjak 30 tahun, belum juga menemukan
labuhan cintanya. Walaupun telah menjadi direktur bank yang sukses, namun masih
belum sukses dalam soal asmara.
Teringat pesan ayahnya, bahwa pernikahan itu harus
dipersiapkan dengan baik. Rencana harus matang. Sebagai kepala keluarga nanti,
jangan sampai malah membuat keluarganya menderita. Dia sadar, walaupun ibunya
jarang membahas soal pernikahan, dia tahu bahwa ibunya sangat mengharapkan dia
untuk segera menikah.
**
Yah, itulah sebenarnya gambaran besar novel Sabtu
bersama bapak ini. Terus terang, ini adalah novel pertama Adhitya Mulya yang
aku baca jadi aku tidak tahu gaya penceritaan Adhitya Mulya sebelumnya. Ternyata cara berceritanya asyik. Aku suka.
Cerita yang disampaikan ringan dan sederhana.
Sederhana tersebut bukan berarti biasa saja. Justru sederhana di sini adalah
hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terasa dekat dan nyata, serta
penuh dengan makna hidup. Sederhana bersahaya dan melekat di hati *halah bahasa
apa pula ini
Cerita tentang keluarga ini pun dibalut dengan
kelucuan. Beneran, di beberapa kalimat ataupun dialog terasa lucu. Aku juga
suka dengan lelucon yang diselipkan melalui catatan kaki si penulis sendiri.
Itu lucu. Keren.
Sebagai seorang anak, aku menyukai kisah dalam novel
ini. Aku memang mungkin sosok anak yang dekat banget sama orang tuaku. Namun,
novel ini mengingatkanku akan betapa aku menyayangi mereka. Betapa aku
menghormati mereka. Betapa banyaknya pengorbanan yang telah mereka berikan,
namun betapa sedikitnya yang telah aku berikan kepada mereka.
Sebagai seorang suami, aku juga menyukainya. Cerita
ini mengingatkan aku betapa aku menyayangi istriku. Dia pantas untuk seseorang
yang lebih baik, oleh karena itu aku harus menjadi lebih baik lagi.
Sebagai seorang ayah, aku pun suka banget cerita
ini. Cerita ini mengingatkan aku untuk selalu ada untuk anakku tercinta. Aku
ingin selalu ada dalam setiap momen kehidupannya. Membimbingnya, mengajarinya,
melindunginya dan sebagainya.
Ah, buku ini mengingatkan aku untuk menjadi kepala
keluarga yang lebih baik lagi. Banyak hal yang masih harus aku pelajari dan
persiapkan.
Sebagai anak, suami, dan ayah, buku ini terasa
personal (semenjak jadi bapak, perasaan lebih sensitive kalau udah menyangkut
keluarga. Hehehe) dan kadang membuatku terharu
#maafkan kalau terdengar lebay
Nilai : 4/5
Komentar
Posting Komentar