Judul Buku : Panggilan Sang Monster
(A Monster Calls)
Penulis : Patrick Ness berdasarkan ide Siobhan Dowd
Ilustrasi : Jim Kay
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Maret 2016
Tebal : 216 halaman
Tebal : 216 halaman
Ukuran : 16 x 21 cm
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-2081-6
Setiap malam
monster itu mendatangi Conor O’Malley. Sang Monster
yang merupakan jelmaan Pohon Yew di bukit belakang rumahnya.
Monster itu selalu mendatangi Conor pada pukul 00.07. Monster itu menginginkan
kebenaran.
Anehnya, ketika
kali pertama didatangi oleh Sang Monster, Conor sama sekali tak merasa ketakutan karena dia pernah melihat
yang lebih buruk melalui
mimpi-mimpi yang selama ini mengganggunya.
Mimpi-mimpi
buruk datang semakin sering sejak sang ibu
menjalani pengobatan akibat kanker. Mimpi-mimpi yang selalu berakhir dengan jeritan Conor dan terbangun dengan
keringat dingin di sekujur tubuhnya.
Semula Conor
hanya menganggap kedatangan sang Monster merupakan bagian dari mimpinya. Dia merasa Sang
Monster itu sama seperti mimpi-mimpi
sebelumnya, namun tidak lebih seram dari mimpi buruk satunya lagi. Namun,
semakin lama Conor meragukan bahwa pertemuannya dengan sang Monster adalah
mimpi karena selalu ada tanda-tanda keberadaan sang Monster ketika pagi tiba. Tanda-tanda
itu berupa
potongan ranting, dedaunan, buah ceri, ataupun pohon kecil yang tumbuh di ruang
tamu.
Sang Monster datang
karena dipanggil Conor – setidaknya begitulah yang dikatakan sang Monster. Sang
Monster akan membuat Conor takut padanya. Sang monster akan
menceritakan tiga kisah yang akan mengubah hidupnya,
setelah itu Conor harus menceritakan kebenaran yang akan menjadi kisah keempat. Sekali lagi, Sang Monster
itu menginginkan kebenaran. Kebenaran yang bahkan Conor tidak ketahui.
**
Melihat buku ini
berseliweran di timeline sosial media-ku membuatku penasaran untuk membaca buku
ini. Membaca beberapa ulasan orang lain dan menengok rating yang menjanjikan di
goodreads pun semakin menguatkan keinginan untuk segera membaca buku “Panggilan
Sang Monster” ini. Akhirnya tanpa pikir panjang aku pun membeli buku ini satu
hari sebelum perjalanan kembali ke tanah rantau.
Aku membaca buku
dalam penerbangan dari Lombok menuju Makassar. Selama di pesawat aku membaca buku ini dan tidak terasa pesawat pun mendarat sedangkan
buku ini belum selesai aku baca. Aku benar-benar larut dalam kisah Conor. Sesampai di kamar pun aku langsung
melanjutkan membaca ‘A Monster Calls – Panggilan Sang Monster’
ini. Penasaran banget untuk mengetahui kebenaran yang ingin ditunjukkan oleh cerita ini.
Sepanjang membaca
buku ini timbul perasaan sesak, marah, sedih, perasaan ngeri, takut, dan
perasaan lainnya yang bercampur aduk. Setelah selesai membacanya pun masih
terus kepikiran akan kisahnya. Membayangkan apa yang dialami dan dirasakan oleh
Conor O’Malley itu rasanya bikin sesak di dada. Kalau istilah kekiniannya, buku
ini bikin baper.
Awalnya aku menduga
“Panggilan Sang Monster” adalah cerita fantasi biasa tentang seorang anak
laki-laki yang bertemu (diganggu) oleh sesosok monster. Mungkin banyak pembaca
lainnya yang juga menduga seperti ini. Cerita fantasi yang menceritakan hubungan
sang anak dan monster yang lambat laun semakin erat atau bahkan menjadi musuh
yang harus ditaklukkan.
Namun ternyata aku
salah. Buku ini ternyata lebih dari itu. Panggilan sang Monster adalah cerita
tentang hubungan seorang anak dengan ibunya, tentang kasih sayang, tentang
kehilangan dan keikhlasan, tentang ketakutan, tentang merelakan, tentang
kesedihan, tentang kejujuran, dan sudah pasti tentang hidup.
Aku suka bagaimana
Patrick Ness mengakhiri kisah ini. Ending-nya pas. Ada perasaan hangat dan lega
(sekaligus sedih banget) ketika kisah ini berakhir. Kisah ini diakhiri dengan
indah karena memang seharusnya kisah seperti ini harus diakhiri dengan cara
seperti itu.
Selain itu pula,
ilustrasi oleh Jim Kay yang sangat apik menambah nilai tambah buku ini.
Ilustrasi hitam putih dengan kesan kelam mampu menggambarkan kengerian yang
ingin disampaikan oleh cerita ini.
Aku tidak akan
menceritakan lebih banyak lagi tentang buku ini. Biarlah sebagai pembaca kalian
menemukan banyak hal yang sangat berharga dari buku ini. Buku ini sangat layak
untuk dibaca dan untuk dimiliki.
Aku beri nilai 5/5
untuk buku ini.
Note:
Aku suka sekali 3
kisah yang diceritakan oleh sang Monster.
Kisah Pertama :
Tentang kisah sang Monster pohon yew mulai datang berjalan.
Kisah Kedua :
Tentang seorang pria yang hanya memikirkan diri sendiri, dan dia mendapatkan
hukuman yang sangat berat.
Kisah Ketiga:
Tentang pria tak kasatmata yang sudah semakin muak menjadi orang yang tak
terlihat.
Selain itu pula,
banyak kutipan dan petuah tentang
kehidupannya pun begitu mengena di hati. Berikut ini beberapa di antara kutipan keren tersebut:
“Tidak melulu ada pihak yang baik. Sama halnya bahwa tidak melulu ada pihak yang jahat. Sebagian besar orang berada di tengah-tengahnya.”
“Kau tidak menulis hidupmu dengan kata-kata, ujar sang monster. Kau menulisnya dengan tindakan. Apa yang kaupikirkan tidaklah penting. Satu-satunya yang penting adalah apa yang kaulakukan.”
“Kisah adalah makhluk liar. Begitu kau melepaskan mereka, siapa yang tahu kekacauan apa yang mungkin mereka ciptakan?”
“Keyakinan adalah separuh dari penyembuhan.”
Komentar
Posting Komentar