Judul Buku : Warcross | Penulis : Marie Lu |
Penerbit @mizanfantasi | Penerjemah Nadya Andwiani @Bookzfreak Editor : Dyah Agustine @Dblueholic | Tebal : 472 Hal |
ISBN 9786026699114
.
.
.
Mengetahui Warcross diterbitkan @MizanFantasi aku senang. Diterbitkan dengan cover sama dengan edisi Englis aku juga senang. Colorful.
Aku menikmati Legend dan The Young Elite trilogy makanya aku cukup tertarik dengan Warcross. Apalagi membaca temanya adalah mengenai game. Aku semakin tertarik. Seru sepertinya. Pikirku.
Aku menikmati Legend dan The Young Elite trilogy makanya aku cukup tertarik dengan Warcross. Apalagi membaca temanya adalah mengenai game. Aku semakin tertarik. Seru sepertinya. Pikirku.
Pertama kali buka buku ini aku langsung mengecek halaman yang mencapai 472. Tebal. Wah! Bisa lama nih bacanya. Gumamku.
Kemudian aku melihat ukuran font yang cukup besar dan enak dipandang. Aku gembira karena tanpa sadar hal ini mempengaruhi semangat membaca. Jujur, melihat font-nya saja langsung membuatku bersemangat untuk mulai baca. Wah! Bisa cepat nih dibacanya. Nyaman di mata dan gak perlu mata disipitin seperti Hideo Tanaka. Ujarku.
Kemudian aku melihat ukuran font yang cukup besar dan enak dipandang. Aku gembira karena tanpa sadar hal ini mempengaruhi semangat membaca. Jujur, melihat font-nya saja langsung membuatku bersemangat untuk mulai baca. Wah! Bisa cepat nih dibacanya. Nyaman di mata dan gak perlu mata disipitin seperti Hideo Tanaka. Ujarku.
Namun, ada sedikit kekhawatiran tentang tema yang cukup mirip RPO yang sedang menjadi pembicaraan banyak orang apalagi film dan bukunya baru saja beredar di Indonesia. Masih hot. Apakah aku akan mendapatkan sesuatu yang mirip? Apakah aku bisa menikmatinya secara utuh? Aku tahu tidak ada ide/hal yang benar-benar baru di dunia ini. Namun, aku ingin mendapatkan sesuatu yang Marie Lu banget.
Nah, setelah membacanya aku bersyukur karena mendapatkan hal yang berbeda dari RPO atau buku sejenisnya. Warcross terasa menyenangkan dan fresh. Khas penulisan dan gaya bercerita Marie Lu sangat terasa. Warcross sangat berbeda dengan Oasis. Aku suka RPO, namun aku tidak butuh Oasis dalam bentuk lain. Warcross berbeda dengan bayanganku, namun aku malah menikmatinya walaupun tidak digambarakan dengan sangat detail.
Nah, setelah membacanya aku bersyukur karena mendapatkan hal yang berbeda dari RPO atau buku sejenisnya. Warcross terasa menyenangkan dan fresh. Khas penulisan dan gaya bercerita Marie Lu sangat terasa. Warcross sangat berbeda dengan Oasis. Aku suka RPO, namun aku tidak butuh Oasis dalam bentuk lain. Warcross berbeda dengan bayanganku, namun aku malah menikmatinya walaupun tidak digambarakan dengan sangat detail.
Nah, saking menikmatinya aku bisa menyelesaikan buku ini cukup cepat. 3 hari.
Lama katamu? Yah, bagi orang sibuk macam saya, 3 hari itu cepat. Haha.
Cerita dalam Warcross kira-kira seperti ini.
Warcross adalah sebuah permainan virtual melegenda dan menjadi bagian dari gaya hidup umat manusia masa kini. Tidak hanya bermain, banyak hal bisa di lakukan di Warcross, termasuk sebagai sumber penghasilan.
Cerita dalam Warcross kira-kira seperti ini.
Warcross adalah sebuah permainan virtual melegenda dan menjadi bagian dari gaya hidup umat manusia masa kini. Tidak hanya bermain, banyak hal bisa di lakukan di Warcross, termasuk sebagai sumber penghasilan.
Emika Chen seorang yatim piatu merupakan pemain (Player) Warcross, terobsesi dengan Warcross yang menyelamatkan hidupnya dari kehancuran dan mengidolakan Hideo Tanaka, pencipta Warcross.
Emika bekerja sambilan sebagai seorang pemburu bayaran (Hunter) untuk mendapatkan uang buat melunasi utangnya yang semakin. Selain itu pula, Emika adalah seorang peretas (Hacker). Peretasan yang dilakukan dalam “The International Warcross Championships” mengubah hidupnya dan menjadikannya bagian dari pemain (Pawn) Warcross dengan misi rahasia.
Karakter para tokoh di Warcross cukup menarik.
Karakter para tokoh di Warcross cukup menarik.
Emika, gadis tangguh berusia 18 tahun berusaha untuk bertahan hidup. Sosoknya yang tangguh dan tidak neko-neko membuatnya menjadi tokoh utama yang gampang disukai pembaca.
Hideo Tanaka, pencipta Warcross, sang billioner muda merekrut Emika untuk mencari peretas yang membahayakan Warcross. Hideo tokoh yang dingin, cuek, dan memiliki masa lalu yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Hideo memang tidak digambarkan dengan begitu detail, terutama masa lalunya, namun bagiku itu cukup memberikan gambaran sosok Hideo.
Para tokoh Phoenix Riders pun menyenangkan dengan kelebihan dan kekurangan sifat masing-masing, namun mereka bisa saling melengkapi. Team Phoenix Riders mengingatkanku akan Perkumpulan Belati di The Elites Series.
Bagi yang menginginkan Warcross dan pertandingannya diceritakan secara detail, maka bersiaplah untuk tidak puas. Pertandingan Warcross (yang ternyata dimainkan secara team) tidak dikupas dengan mendalam. Bahkan pertandingan tema lain tidak dibahas sama sekali.
Para tokoh Phoenix Riders pun menyenangkan dengan kelebihan dan kekurangan sifat masing-masing, namun mereka bisa saling melengkapi. Team Phoenix Riders mengingatkanku akan Perkumpulan Belati di The Elites Series.
Bagi yang menginginkan Warcross dan pertandingannya diceritakan secara detail, maka bersiaplah untuk tidak puas. Pertandingan Warcross (yang ternyata dimainkan secara team) tidak dikupas dengan mendalam. Bahkan pertandingan tema lain tidak dibahas sama sekali.
Kalau aku sih maklum, Marie Lu kan emang begini gayanya. Dia hanya fokus kepada cerita utama saja, yaitu masalah pencarian peretas yang ingin mematikan Warcross dan juga hubungan Emika dengan tokoh lainnya.
Cerita ini tidak rumit, tinggal menikmati petualangan Emika.
Cerita ini tidak rumit, tinggal menikmati petualangan Emika.
Warcross juga tidak susah dipahami. Walaupun awal agak susah membayangkan dunia Warcross, saranku sih cukup lanjut baca dan bayangkan, maka akhirnya kita akan bisa membayangkan Warcross itu seperti apa.
Ada hal yang aku sukai di Warcross, yaitu pemberian poin/nilai bagi pemain Warcross selama bermain walaupun hanya melakukan aktivitas biasa, seperti mencoba minum jus enak pertama kali.
Ada hal yang aku sukai di Warcross, yaitu pemberian poin/nilai bagi pemain Warcross selama bermain walaupun hanya melakukan aktivitas biasa, seperti mencoba minum jus enak pertama kali.
Hal ini mengingatkanku akan sebuah kota di Legend series (Prodigy kalau nggak salah ingat) yang memiliki system penilai akan aktivitas penduduknya.
NB:
Karya-karya Marie Lu adalah tipe fast read. Cara bercerita yang enak membuat buku ini tiba-tiba saja sudah selesai.
Perumpamaannya adalah jika kita mengendarai mobil ke suatu tempat, melewati jalan besar, sesekali berbelok, ada lubang sedikit di jalan. Kita sedang asyik berkendara, menikmati pemandangan dan tiba-tiba saja kita sudah sampai di tujuan. Tidak semua pemandangan bisa kita lihat dan perhatikan dengan seksama.
Kita pun merasa, wah, kok sudah sampai. Tidak terasa.
Kadang rasanya perjalanan yang kita tempuh terasa singkat dan ingin menambah waktu perjalanan.
Bagi orang yang menyukai perjalanan dengan banyak tantangan, seperti jalan menanjak, banyak belokan tajam, jalanan batu berkerikil, sesekali mobil mengebut di jalanan, kadang terengah-engah, maka mungkin perjalanan seperti di atas terasa kurang menantang.
Bagi orang yang menyukai perjalanan dengan banyak tantangan, seperti jalan menanjak, banyak belokan tajam, jalanan batu berkerikil, sesekali mobil mengebut di jalanan, kadang terengah-engah, maka mungkin perjalanan seperti di atas terasa kurang menantang.
Nah, begitu pula dengan tipe penulisan Marie Lu dalam Warcross ini. Penceritaan yang enak dan mengalir membuat bacaan ini tiba-tiba saja selesai padahal rasanya ingin nembah dan masih banyak yang bisa dikembangkan.
Konflik yang diutarakan tidaklah luas, hanya fokus dalam perburuan peretas dalam Warcross. Dunia Warcross pun tidak diceritakan dengan sangat detail namun sudah cukup tergambarkan dengan baik. Aku bisa membayangkan cara permainan dan dunia yang diciptakan dalam Warcross. Team lainnya pun Tidak banyak plot twist dan adegan yang mengejutkan atau membuat nafas berat saking menegangkannya.
Bagi yang ingin menikmati lebih, maka Warcross terasa cukup menyenangkan, tapi tidaklah menakjubkan. Namun, bagi yang menginginkan bacaan seru, tidak terlalu berat, dan bacaan di kala santai, buku ini cocok buatmu.
Mengenai terjemahannya aku suka. Mengalir dan sepertinya dilakukan penyesuaian untuk beberapa kata-kata/kalimat yang membuatku penasaran versi aslinya (English) menggunakan kata apa.
Bagi yang ingin menikmati lebih, maka Warcross terasa cukup menyenangkan, tapi tidaklah menakjubkan. Namun, bagi yang menginginkan bacaan seru, tidak terlalu berat, dan bacaan di kala santai, buku ini cocok buatmu.
Mengenai terjemahannya aku suka. Mengalir dan sepertinya dilakukan penyesuaian untuk beberapa kata-kata/kalimat yang membuatku penasaran versi aslinya (English) menggunakan kata apa.
Typo? Entahlah ya, aku tidak teralu memperhatikan yang artinya walaupun ada tidak langsung terlihat.
Btw, ada yang menjadi pertanyaanku.
Btw, ada yang menjadi pertanyaanku.
Cerita Warcross ini settingnya tahun berapa sih? Apakah masa kini atau masa depan? Sepertinya aku terlewat membacanya.
Intinya, Warcross menghibur dan menyenangkan sih.
Komentar
Posting Komentar