Langsung ke konten utama

[Blog Tour : Review + Giveaway] Absolute Justice - Akiyoshi Rikako


Judul : Absolute Justice
Pengarang : Akiyoshi Rikako
Penerbit : Penerbit Haru
Tebal : 268 hlm
ISBN : 978-602-51860-1-1


Seharusnya monster itu sudah mati...

Membaca blurb di sampul belakang yang hanya berupa satu kalimat di atas menimbulkan rasa penasaran yang berujung ingin segera membaca buku Absolute Justice ini.

Sebelumnya, aku sudah melahap tiga karya Akiyoshi Rikako sesnsei yang diterbitkan oleh Haru.

The Girls in The Dark langsung membuatku ''klik'' dengan gaya bercerita Akiyoshi RIkako dan tanpa sadar membaca buku tersebut hanya dalam satu malam tahun 2016 silam.
Holy Mother, buku kedua yang aku baca, lagi-lagi cukup membuat tercengang dengan plot twist-nya. Penulisannya sangat rapi, bahkan terjemahannya pun mampu mengecoh pembacanya.
The Dead Returns adalah buku ketiga yang aku baca. Buku ini aku baca bulan Ramadhan kemarin. Cerita dan konflik yang dipaparkan lebih ringan daripada buku sebelumnya yang aku baca. Aku mendapatkan cerita yang menyenangkan dan termasuk tipe buku yang fast read.
Silence sudah aku miliki, namun belum aku baca. Niatnya sih segera.
Kalau "Schedule Suicide Day" belum aku miliki. Niatnya pun ingin aku miliki segera.

Kembali ke Absolute Justice. membaca ulasan yang rata-rata positif terhadap buku ini membuatku semakin bersemangat untuk segera membacanya. Hasilnya ternyata memuaskan. Page turner banget. Buku ini sangat membuatku penasaran di setiap halamannya sampai-sampai beberapa kali aku tergoda untuk membuka halaman terakhir untuk mengetahui akhir dari kisah Absolute Justice ini. Haha!

"Manusia, harus menuruti aturan. Karena itu, menangkap pelaku tindak kriminal yang mengganggu adalah sesuatu yang wajar. Menerima ucapan terima kasih atas itulah yang tidak masuk akal." - Hal.20
  
Membaca kata monster di sampul belakang membuatku membayangkan ada sentuhan fantasi di buku terbaru Akiyoshi Rikako ini. “Wah, ada monster.” Pikirku, apalagi covernya bernuansa gelap dengan tambahan tengkorak menguatkan kesan misterius dengan sentuhan fantasi.

Tentu saja aku salah besar. Absolute Justice ini tidak ada sentuhan fantasinya sama sekali. Malah buku ini tentang kehidupan sehari-hari. Tentang benar dan salah. Tentang rasa adil, maaf, dan rasa kemanusiaan. Tentang kejahatan dan balasannya.

Jujur, agak susah mengulas buku dengan tipe cerita seperti Absolute Justice ini tanpa membocorkan cerita yang ada di dalamnya. Semakin sedikit yang kalian ketahui mengenai buku ini, maka kepuasan yang kita dapatkan semakin besar pula. Semakin banyak yang kalian tahu, bisa jadi kenikmatan yang kalian dapatkan sangat jauh berkurang. Oleh karena itu, aku tidak akan bercerita banyak mengenai cerita Absolute Justice ini. Biarlah kalian yang membaca ulasan ini dan belum membaca mencari tahu sendiri dengan segera membaca buku ini.

Gaya penulisan buku ini mirip dengan “Girls in The Dark” yaitu bercerita dari beberapa sudut pandang tokoh dalam buku ini. Ada lima orang yang menjadi sahabat sejak bangku sekolah. Kazuki, Noriko, Yumiko, Riho, dan Reika. Akan ada cerita dari sudut pandang masing-masing tokoh di setiap bab.

“Seratus persen benar, tanpa ada rasa toleransi dan kemanusiaan, ternyata bukanlah hal yang baik.” – Hal.159

Cerita dibuka dari sudut pandang Kazuki yang mendapatkan kartu undangan pernikahan. Mendapati pengirim dari sahabatnya yang seharusnya sudah meninggal tentu saja membuatnya terkejut. Masalahnya adalah, Noriko, temannya dulu sudah meninggal dan Kazuki lah yang membunuhnya.
Kisah pun bergulir ke masa lalu dan kita akan membaca kisah yang membuat kita merenung akan kebenaran dan bagaimana masing-masing orang menanggapinya. Begitu pula dengan kisah yang dipaparkan Yumiko, Riho, dan Reika. Bagaimana kehidupan dan masalah yang mereka hadapi. Bagaimana Noriko hadir dan turut campur dalam kehidupan mereka, membuat aku sebagai pembaca meresakan desakan emosi (yang lebih banyak berwujud rasa geregetan dan kesal).

Jika kalian sering membaca manga, menonton anime atau film dari negeri Sakura, maka kalian akan cukup familiar dengan kisah dan akhir seperti Absolute Justice ini. Bagus. Aku selalu suka.
Walaupun cerita yang cukup familiar dari negeri Sakura, yang membuat kisah Absolute Justice ini keren dan luar biasa adalah penokohan yang sangat kuat. Akiyoshi Rikako pandai dalam menciptakan karakter Noriko. Karakter Noriko yang menegakkan kebenaran dan berpatokan dengan “apakah perbuatan tersebut melanggar hukum atau tidak”. Begitu pula dengan empat tokoh lainnya dengan karakter mereka yang semakin menguatkan cerita dan emosi para pembaca.

Empat sahabat dengan masing-masing sifat dan karakter, serta interaksi dengan Noriko yang menimbulkan konflik dan motif tindakan mereka di masa lalu diceritakan dengan sangat baik. Alur yang maju dan mundur, serta penceritaan yang tidak berulang semakin memperkuat cerita ini dan semakin memainkan emosiku sebagai pembaca. Aku sering merasa kesal sama tokoh dan kejadian di buku ini. Artinya tentu saja Akiyoshi Rikako sangat berhasil membuat cerita dengan karakter yang kuat di dalamnya. Selama membaca aku pun memiliki keputusanku sendiri jika berhadapan dengan kebenaran versi Noriko. Keputusan yang (mungkin) akan diambil juga oleh orang lain dalam situasi yang sama.

“Apakah kebenaran yang sempurna itu hal yang barbar, keras, dan jahat? Di sana tidak ada celah sedikit pun bagi kebaikan dan pengertian untuk masuk.” – Hal.226

Hal yang aku tangkap dari cerita ini adalah bahwa kebenaran itu bukanlah segalanya, kebenaran itu suatu hal yang baik namun bukanlah suatu hal yang mutlak dan menjadi patokan dalam menghukum orang yang bersalah. Hukum di dunia dibuat oleh manusia, tidak seratus persen benar dan sempurna. Selain hukum tertulis, masih ada hukum adat, sosial, hukuma moral, dan juga tentu saja agama.
Selain hubungan dengan sang maha Pencipta, ada hubungan dengan sesame manusia dan juga alam sekitar. Tidak akan menghasilkan hal yang benar jika kita menegakkan kebenaran atas dasar persepsi kebeneran kita sendiri.

Pada akhirnya, kisah Absolute Justice ini akan membuatmu memikirkan kebenaran itu apa, bagaimana kita menghadapinya, bagaimana kita menilainya, dan tentu saja membuat kita merenungi bahwa hakikat rasa kemanusiaan itu seperti apa di hadapan keadilan.
Namun, tentu saja pada akhirnya buku ini akan mengatakan
“Kebenaran itu hebat.
Kebenaran adalah… segalanya.” – Hal. 251

Kesimpulannya adalah aku suka buku ini.
Aku puas dengan cerita yang dipaparkan Akiyosi Rikako dan menantikan karya beliau selanjutnya.
Keren.



** Ketentuan Giveaway **

Penerbit Haru sudah menyiapkan novel Absolute Justice dan novel Why Secretary Kim untuk kalian pembaca yang beruntung. Giveaway akan diadakan di akhir rangkaian blogtour Absolute Justice dan Why Secretary Kim? yang akan diadakan di fanpage Facebook Penerbit Haru pada tanggal 28 Juli 2018.

Sedikit bocoran sih mengenai kutipan favorite dari masing-masing host blogtour yang mengulas Absolute Justice dan Why Secretay Kim di facebook Penerbit Haru. Oleh karena itu, pastikan kalian mengikuti seluruh rangkaian blog tour ini dan mengunjungi ulasan masing-masing host ya. Tidak susah kok, malah gampang banget. Hehe.

Selain itu, jangan lupa untuk follow InstagramTwitter dan like page Facebook dari Penerbit Haru ya. 

Yang mau follow blog ini dan akun Instagramku juga boleh lho. Silahkan follow @sulhanhabibi jika berkenan dan kita bisa mengobrol  banyak di sana.

Terima kasih banyak.


Komentar

  1. Jadi penasaran nanti kumpulan quote-nya mau diapakan 😂

    BalasHapus
  2. Akh, ulasannya selalu cetar membahana. Btw aku hoeless kalau pakai metode giveaway finale spt ini. Makin susah dapatin hadiahnya. :"( kangen Haru yg dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih...

      Ah, emang sekarang metode GA Haru beda-beda dan unik. Semangat ya semoga suatu hari nanti menang lagi. Hehe

      Hapus
  3. sebenarnya bukan genre yang aku suka sih.... tapi penasaran juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan terpaku sama genre yang disukai saja. Coba deh eksplore genre lainnya biar bacaan lebih beragam dan berwarna. Hehehe

      Hapus
  4. Fix, bakal beli ini ... nanti pas IIBF, wkwkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

Our Town (The Town That You Live In - Sebuah nostalgia tentang kampung halaman)

Our Town - James Taylor (Cars OST) Long ago, but not so very long ago The world was different, oh yes it was You settled down and you built a town and made it live And you watched it grow It was your town Time goes by, time brings changes, you change, too Nothing comes that you can't handle, so on you go Never see it coming, the world caves in on you On your town Nothing you can do. Main street isn't main street anymore Lights don't shine as brightly as they shone before Tell the truth, lights don't shine at all In our town Sun comes up each morning Just like it's always done Get up, go to work, start the day, Open up for business that's never gonna come As the world rolls by a million miles away Main street isn't main street anymore No one seems to need us like they did before It's hard to find a reason left to stay But it's our town Love it anyway Come what may, it's our town. *** Saya foto 22/7/2009 setelah