Judul: Tapak Setan
Penulis: Haditha
Penyunting: Dion Rahman
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Terbit: 2018
Desain Sampul: Dedy Koerniawan Susanto
Tebal: vi + 217 hlm.
ISBN: 978-602-04-798
Bagaimana jika selama ini kalian merasakan ada amarah, rasa kesal, geram, sedih, dan perasaan lainnya berkecamuk dalam hati akan kondisi sosial masyarakat di sekitar kita sedangkan kita tidak memiliki kekuatan untuk membuat keadaan di sekitar kita menjadi lebih baik?
Apakah yang akan kalian lakukan? Bagaimana kalian akan mengeluarkan perasaan tersebut? Apakah kalian akan marah-marah tanpa pernah merasakan kelegaan? Apakah kalian hanya bisa bersabar? Atau apakah kalian punya acara sendiri untuk meluapkan amarah tersebut dan membalasnya?
Nah, Haditha, seorang penulis yang berkecimpung dalam ranah fantasi klenik (dan lagi naik daun dengan karya-karya ajaibnya yang keren dan beda) punya cara sendiri untuk meluapkan amarah dan kesalnya akan semua “penyakit masyarakat” di sekitarnya sekaligus untuk membalas dendam atau memberi para pelaku sebuah pelajaran berharga. Haditha menulis sebuah cerita! Judulnya adalah TAPAK SETAN.
Wah! Dari judulnya saja seram ya. Membaca cerita Tapak Setan memang ada perasaan ngeri, jijik, marah, lucu, sekaligus sebuah perasaan “puas” ada sebuah cara untuk membalas dendam tanpa merugikan orang di dunia nyata.
Penasaran?
Nah, baca dulu blurb yang tertulis di sampul belakang buku Tapak Setan ini.
**BLURB**
Ada tidak sih cara menghukum orang yang tingkahnya kayak setan kalau tidak dengan cara yang lebih setan lagi?
Aku, Atarjoe, setiap pagi bangun dengan tangan berlumuran darah dan berbau bangkai. Coba bayangkan kalau harimu diawali dengan itu. Setiap hari aku harus berkutat dengan rutinitas macam itu. Menjijikkan. Lama-lama kuketahui, ada setan yang memperalat tanganku untuk berburu mangsa darah. Enak saja, ini tanganku, aku tak sudi dipakai seperti itu. Maka aku rebut balik kendali atas tanganku. Dari setan itu aku tahu tanganku mampu menyedot setan-setan lain untuk kemudian dipakai sebagai senjata.
Hidupku ini dipenuhi orang celaka yang membuat orang-orang sengsara. Melalui tapak setan ini aku menyalurkan dendam orang-orang yang tak bisa melawan itu. Kugantikan tugas si setan. Aku berburu orang-orang laknat yang bikin banyak orang susah. Tinggal kuraup muka mereka dan mereka akan kerasukan setan seumur hidup, dan setiap hari mereka akan melukai diri sendiri, tanpa bisa mati. Pembalasan yang memuaskan, bukan?
**
Atarjoe, seorang pemuda yang “tidak beruntung” dalam hidup karena lahir dan besar di lingkungan pinggiran yang keras dengan masalah sosial, mulai dari kemiskinan, obat-obatan terlarang dan minuman keras, pelacuran, dan kejahatan lainnya.
Atarjoe memiliki kebaikan dalam hatinya, namun juga memiliki amarah akan kondisi sosial di sekitarnya yang bobrok. Ibunya adalah salah satu korban dari keadaan tersebut. Atarjoe menyayangi ibunya, namun seorang laki-laki semakin merusak ibunya dan sejak itulah kebangkitan “tapak setan” milik Atarjoe mulai bangkit dan memenuhi pelampiasan dendam Atarjoe.
Manusia memanglah bakal calon setan. Semua manusia memiliki potensi tersebut. Manusia bisa lebih rendah dari setan. (hlm 113)
Lagi-lagi aku merasakan semangat membaca buku hingga tuntas dalam waktu yang singkat muncul kembali saat membaca buku terbaru karya Haditha ini.
Sejak membaca karung Nyawa, aku menyukai gaya bercerita Haditha yang sangat mengalir.
Aku akui aku menyukai kisah Atarjoe karena sangat merasakan emosi penulis akan fenomena keadaan sosial di sekitar kita yang memang ada dan terjadi. Banyak sentilan akan situasi masyarakat yang “sakit” dan juga ketidakadilan yang terjadi di masyarakat terutama bagi kalangan yang terpinggirkan. Sebut saja kemiskinan yang membuat orang melakukan kejahatan, ormas yang mengatasnamakan agama namun justru berbuat kerusakan, fenomena yang kuatlah yang menang, fenomena pengemis jalanan yang memanfaatkan bayi tak berdosa, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Aku menyukai kisah Atarjo karena kisah yang dia ceritakan menimbulkan berbagai macam emosi yang bercampur aduk, ada perasaan marah, kesal, puas, tertawa, lucu, miris, dendam, sedih, terluka, perasaan bersalah, dan sebagainya. Yang membuat aku semakin menyukainya adalah bahwa sagat terasa emosi Haditha sebagai penulis dalam cerita ini. Aku membayangkan Haditha menulis sambal meluapkan kemarahannya, juga sambal tertawa ketika menuliskan pembalasan dendam (yang tak terlampiaskan di dunia nyata) melalui Atarjoe.
Haditha juga menunjukkan bahwa selalu ada dua sisi dalam sifat manusia. Selain sisi kejahatan, selalu ada sisi baik yang lembut. Atarjoe memiliki keduanya. Namu, ketika amarah mulai menguasai, di situlah setan mulai berkuasa (memegang kendali) yang akhirnya malah menjadikan manusia itu sendiri lebih menakutkan dan lebih beringas dibandingkan dengan setan itu sendiri.
Selain cara bercerita yang sangat mengalir, Haditha sangat leluasa menggunakan kata-kata makian yang vulgar, kesadisan yang cukup membuat begidik, dan sedikit adegan yang hanya cocok dibaca bagi pembaca usia 18 tahun ke atas. Hal ini membuat cerita menjadi lebih HIDUP!
Selain itu, karena Haditha sangat ahli dalam menciptakan dunia fantasi klenik, tentu saja ada setan-setan ajaib yang muncul di buku ini. Nah, ada ilustrasi yang dibuat sendiri oleh Haditha. Keren.
Aku sengaja tidak terlalu banyak membeberkan kisah yang ditawarkan dalam Tapak Setan ini. Biarlah kalian mencari tahu sendiri dengan membacanya. Kesimpulan dariku adalah, jika kalian menyukai kisah horror dengan sentuhan local, dicapur dengan sentuhan fantasi klenik, dan tentu saja memiliki nuansa yang berbeda dengan ciri khas yang sagat melekat? Buku ini sangat cocok buatmu.
Good JOB, Haditha!!
Sebagai penutup, aku ingin mengatakan bahwa aku menyukai karya-karya Haditha. Oleh karena itu, aku akan sangat menantikan apabila karya lainnya diterbitkan dan tentu saja langsung membacanya.
** giveaway time **
Untuk giveaway buku "TAPAK SETAN" ini ada di akun IG @sulhanhabibi ya.
Yuk berkunjung ke akunku dan ikuti giveaway-nya di sana.
Jangan sampai ketinggalan!!
Komentar
Posting Komentar