“Aku tidak mau memakai baju itu karena aku gak suka!”
Tentu sering mendengar kata-kata tersebut dan juga sejenisnya. Disadari atau tidak, begitulah manusia. Bergerak atas suasana hatinya.
Cobalah untuk memperhatikan sejenak orang-orang di sekitarmu atau diri sendiri.
Sering melakukan sesuatu karena suka dengan hal tersebut dan sering menolak atau menghindari sesuatu yang dibenci atau tidak disukainya.
Seorang menjadi penulis karena dia menyukai kegiatan tulis-menulis, membaca dan berimajinasi.
Seorang pemusik tentunya menyukai alat-alat music dan memainkannya.
Seorang pemain film pun menyukai kegiatan acting makanya melakukan pekerjaan itu selain tentu saja menghasilkan banyak uang, dan ingin terkenal juga barang kali karena menyukai popularitas.
Seseorang bisa menjadi begitu percaya diri atau narsis bernyanyi atau bergaya di depan kamera karena tentu saja dia menyukai hal tersebut.
Seseorang bisa bertindak nekat dan bodoh demi mendapatkan orang yang dicintainya atau berusaha menyingkirkan (mungkin) orang yang dibencinya.
Dan tentunya masih banyak contoh yang lainnya.
Namanya juga manusia
Aku juga manusia, sama seperti kalaian yang (mungkin sempat) membaca tulisan ini, makanya mengatakan hal ini. Manusia diciptakan oleh Tuhan memiliki hati untuk merasakan emosi dan otak untuk berpikir (sederhananya sih seperti itu aku menjelaskannya).
Emosi itu selain untuk merasakan senang, sedih, gelisah, takut, bimbang, kecewa, kesal, marah dan emosi yang lainnya dengan berbagai macam sebutan nama.
Tapi, hati juga bisa kita bagi untuk menilai 2 hal bagi diri kita sendiri, yaitu SUKA dan TIDAK SUKA (bagi tiga kalau perasaan NETRAL mau dimasukkan).
Tapi, benarkah perasaan netral itu sebenarnya yang kita rasakan? Okelah misalnya aku atau kamu ditanya begini, “Hei, perempuan itu cantik ya?”
Kemudian dijawab, “ah, biasa saja.” Atau ditanya, “gimana perasaanmu melihat sikap dia yang begitu?” dan dijawab, “biasa aja, malah aku gak peduli karena itu bukan urusanku.”
Mungkin contoh di atas memang gamblang banget ya, tapi gak apalah. Namanya juga contoh.
Sebenarnya, perasaan suka atau tidak suka merupakan suatu bentuk emosi sebagai wujud kepedulian akan sesuatu. Artinya, perhatian kita tertuju (atau sempat tertuju) akan hal tersebut. Otak juga berperan. Setelah melihat sesuatu atau memegang sesuatu (merasakan sesuatu dengan indera) otak kemudian mengolahnya (ini yang namanya berpikir) memberi penilaian. Nah, hasilnya itulah yang dirasakan oleh hati (ini teori saya lho).
Ada sebuah kutipan (aku lupa milik siapa dan dari mana, maklum sudah lama mendengar hl ini), bahwa...
“Manusia bergerak dari perasaan suka atau tidak suka, bukan melulu logika. Dan dari mana pun kau melihatnya, tidak ada yang lebih tidak pasti daripada manusia.”
Bersumber dari hal yang sama
Mau benci atau suka, sumbernya sama, yaitu Hati.
Jadi mau suka atau tidak, tetap saja yang merasakan hati. Kalau mungkin senang hati merasa lebih ringan dan lega, dan kalau marah hati terasa lebih berat dan sesak.
Jadi, walaupun yang merasakan adalah bagian tubuh yang sama, bukankah lebih baik kita selalu merasa senang akan segala sesuatu? Memang tidak semua hal bakal membuat kita suka dan bahagia, tapi (berusaha) membuat diri merasa bahagia justru lebih baik daripada membiarkan diri larut dalam sesuatu yang memberatkan hati kita.
Suka dan Tidak Suka mempengaruhi Ego
Jika suka terhadap sesuatu (misal lagu, film, makanan, seseorang), justru kadang (sadar atau tidak) bahwa kita sering memaksakan kehendak agar orang lain memiliki perasaan yang sama dengan kita.
Tidak usah jauh-jauh mengambil contoh orang lain. Aku sendiri, jika menyukai sesuatu (termasuk lagu, film dan buku), aku senang membicarakannya dengan teman dan orang di sekitarku. Selain rasanya lebih bahagia, terkadang aku ingin teman dan orang di sekitarku menyukai hal tersebut juga. Atau kalau belum tahu, aku akan membuat mereka menyukainya walau kadang agak memaksa. Pokoknya mereka harus suka (setidaknya aku berharap seperti itu).
Saat temanku menyukai sesuatu tetapi aku tidak begitu menyukainya, tentu saja terkadang sikap meremehkanlah yang aku tunjukkan. Minimal dalam hati berkata, “apaan sih? Kok bisa-bisanya menyukai hal itu.”
Atau yang suka main hakim-hakiman deh. Perasaan suka dan tidak suka merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung aksi main hakim-hakiman tersebut.
Kamu (oke deh, aku juga). Jadi, kita melarang orang lain melakukan sesuatu, selain karena mungkin karena memang hal itu dilarang, tentunya karena kita tidak suka terhadap perbuatan tersebut. Atau kalaupun itu hal yang wajar, kita melarang karena tidak suka melihat orang tersebut (apalagi kerabat dekat) melakukan hal tersebut. Menasihati terhadap sesuatu karena salah (tentunya kita juga tidak menyukainya bukan?) dan menyuruh melakukan sesuatu yang (setidaknya menurut kita) baik.
Pernah merasa tidak suka melihat teman bergaul dengan seseorang karena kita tidak suka melihat orang tersebut? Jawablah sendiri. Hehehehee..
Haaaaah... sepertinya aku berbicara (menulis) cukup banyak. Semakin diteruskan, malah nanti ngelantur kemana-kemana bahasannya.
Pembicaraan ini belum berakhir. Masih ada yang ingin aku bahas mengenai suka dan tidak suka dan tentunya perihal memaksakan diri. Selain itu pula, tentang gimana sikap kita terhadap perasaan suka dan tidak suka jika dihadapkan pada situasi yang berbeda-beda.
Jadi, akan aku lanjutkan ditulisan selanjutnya saja ya. Hahahahaaa...
bersambung . . .
Di tunggu loo sambunganx....
BalasHapuspenting dan menarik juga nech..hehee..__
Terima kasih udah dibaca tulisan di atas.
BalasHapusSaya usahakan bikin lanjutannya sesegera mungkin deh.
Mau nyari inspirasi dulu. hehehehe...
jadi ingat dengan pertengkaran konyol saya dulu pas SMP. pertengkaran mulai dari band mana yang paling bagus, dan film kartun apa yang layak ditonton. hehehe
BalasHapusmasing-masing maksa banget agar seleranya disetujuin ma temannya. saya termasuk yang paling ngotot. tapi lama-lama belajar juga kalau urusan suka dan tidak suka tidak perlu diperdebatkan (no accounting about taste)
cuman...kita juga sering ga sadar gitu sih, menilai orang berdaarkan suka dan tidak suka (ya wajar-wajar aja). yang menjadi masalah ketika ketidaksukaan itu kita tunjukin secara terang-terangan dan merasa berhak ngatur.. (saya sering banget kaya gitu. lupa diri kalau orang lain belum tentu suka juga sama gaya say)/ hehehhe
Memang begitu.
BalasHapusManusia sering tiba-tiba amnesia (termasuk saya). Hehehehe..