Setahun yang lalu dia belajar menulis cerita.
Tokohnya aku. Menceritakan kisahku sewaktu masih kecil. Sebuah cerita anak-anak.
Tentang seorang anak manja yang selalu ingin menang sendiri. Dijauhi semua temannya dan akhirnya disadar kan oleh seorang yang baik hati dan meminta maaf pada semua orang yang telah disakitinya.
-
Tak lama kemudian cerita kedua dia tulis.
Bercerita tentangku yang memerankan tokoh anak baik yang berprestasi dan mempunyai banyak teman. Tak pernah mengecewakan orang lain dan membantu menyadarkan temanku yang jahat.
-
Dia menulis cerita kembali.
Lagi dan lagi aku menjadi tokohnya. Kali ini peran ku adalah sebagai anak SMA yang pintar tapi mempunyai masalah pribadi yang cukup sulit untuk diselesaikan hingga seorang tokoh wanita (teman sekolahku) membantu dan merubah hidupku.
Kisah cinta. Kisah yang romantis. Berakhir bahagia.
-
Kemarin dulu dia kembali menulis cerita tentangku untuk kesekian kalinya.
Sebagai orang baik. Terlalu baik dan membantu semua orang hingga tidak menemukan kebahagian untuk dirinya sendiri sampai akhir hayat.
-
Kemarin dia menulis cerita juga.
Tokohnya masih aku. Menjadi penguasa yang dihormati oleh semua rakyatku. Menjadi penguasa paling berpengaruh dan disegani sepanjang berdirinya negara tersebut.
-
Hari ini dia menulis cerita pendek lagi.
Tokohnya tentu saja aku. Kali ini peranku sebagai penyiar televisi yang ambisius mengejar karir. Berusaha mati-matian demi pekerjaan.
-
Mungkin esok dan esoknya lagi dia akan membuat cerita lagi tentangku.
Apa lagi peranku dalam cerita yang akan dia tulis?
Aku capek jika haru selalu berganti peran.Aku lelah dengan semua kepura-puraan karena harus menyesuaikan kepribadianku sesuai kehendakmu.
Aku muak jika harus berganti peran tanpa pernah menjadi diriku sendiri.
-
Ceritakanlah aku dengan karakterku yang sebenarnya. Hanya yang sebenarnya.
Kemudian selesaikanlah cerita itu. Jangan lagi membuat cerita lain dengan aku sebagai tokoh utamanya. Hanya satu cerita tentangku yang aku inginkan!!!
***
Hmmm...
sebuah tulisan yang absurd ya?
Intinya saya hanya ingin mengatakan bahwa jadilah diri sendiri dalam segala kesempatan.
Jadilah pribadi yang membuat dirimu sendiri merasa nyaman untuk bersikap, untuk bergaul, dan tentu saja merasa nyaman untuk hidup.
I like it!
BalasHapusmasalahnya pribadi yg nyaman untuk diri sendiri itu haruslah nyaman untuk orang di sekeliling kita juga.jika tidak maka nyaman itu akan hilang, lebih tepatnya terpaksa hilang..
BalasHapusHuda : terima kasih..
BalasHapusYen : nah, justru itulah maka temukanlah kondisi yang nyaman itu yang bagaiman yg cocok untuk diri sendiri. Tentunya, jika orang lain nyaman, secara tidak langsung itu juga berdampak akan nyamannya kita bukan? Hehehehe...
masalahnya yang cocok untukku tidak cocok untuk orang lain.dan yang nyaman untuk orang tak berdampak kenyamanan padaku juga.seringkali.kadangkala.yah begitulah pokoknya..
BalasHapus#kq malah curhat.haha :p
Hmm.. gimana ya? begitulah hidup ya.
BalasHapusmasalahnya hidup memang tidak sendirian, selalu bersinggungan dengan orang lain.
berhubungan sama quote yang ta tulis beberapa hari ini.
Mungkin perlu "disinkronkan" antara "diri sendiri" dan orang lain?
BalasHapusCoba jawab deh. menurut pemikiran sendiri tapi ya. Sebelumnya maaf kalau ada kekeliruan.
BalasHapusDiri Sendiri - adalah siapa diri kita, bagaimana kita bersikap, yang tentu saja nyaman bagi diri sendiri, tanpa ada keterpaksaan dalam melakukan sesuatu, gak ada beban. Kita merasa lebih hidup dan merasa lebih ringan.
Orang Lain - adalah orang di luar kita sendiri tentunya. Hehehe..
atau dalam artian 'menjadi orang lain' berarti kita tidak menjadi diri sendiri pada saat itu. kalau dari perasaan, mungkin akan dirasakan kebalikan dari menjadi diri sendiri.
Ada yang ingin menambahkan? hehehe..