Penyunting : Pradhika Bestari
Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra
Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan Pertama 2015
KPG 59 15 010 72
Tebal 221 halaman
Edisi pertama diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 1985
Berbekal dari info sebuah group penggemar novel fantasi, aku baru tahu
kalau ada novel lokal bertema luar angkasa karya Djokolelono. Dulu sih sewaktu
SMA tahunya cuma novel AREA-X karya Eliza V. Handayani yang menyinggung masalah benda antariksa, selain itu gak pernah baca yang lain sih.
Nah, hari Minggu lalu aku jalan-jalan ke toko buku, begitu melihat novel ini tanpa pikir panjang langsung kubawa ke kasir dan langsung dibaca setiba di rumah.
Penjelajah Antariksa 1 : Bencana di Planet Poa merupakan
buku pertama seri Penjelajah Antariksa (yang dengar-dengar sih berjumlah 7
seri). Bencana di Planet Poa bercerita tentang kehidupan para manusia Terra di
Planet Poa. Setelah Terra atau Bumi, planet tempat tinggal mereka sebelumnya hancur,
para manusia Terra menjelajah ruang angkasa untuk menemukan planet untuk
menjadi tempat tinggal yang baru. Planet Poa yang mereka tempati sekarang
ternyata memiliki penghuni yakni Bangsa Poa. Planet Poa adalah milik
bangsa Poa yang mirip manusia namun lebih primitif dibanding bangsa Terra. Oleh
karena itu, Bangsa Terra hanya sementara di Planet POA sementara mencari planet
baru untuk mereka huni. Janji mereka adalah, “Jangan
tempati planet yang telah berpenduduk. Jangan lagi berperang. Sudah cukup.”
Hubungan bangsa Poa dan manusia Terra bisa dikatakan tidak begitu
harmonis. Keunikan Planet POA adalah siklus siang dan malam terjadi sekitar 6
bulan. Bangsa Poa, uniknya, keluar untuk berkativitas pada Malam Panjang yang
sangat dingin, sedangkan penduduk Terra justru beraktivitas ketika matahari
terbit. Cerita ini fokus pada petualangan
4 bersaudara, yaitu 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Pada hari sebelum Malam Panjang tiba, Raz,
seorang gadis kecil, dan kakeknya terjebak di luar kota karena berusaha
menolong seorang manusia Poa. Vied, Veta, dan Stri, ketiga kakak Raz, berusaha
menemukan Raz dan kakek mereka. Di saat yang sama, muncullah kelompok manusia
Terra lainnya yang memiliki teknologi yang lebih canggih. Kali ini mereka
datang untuk menguasai planet itu.
Sementara manusia Terra lainnya juga berupaya untuk mempengaruhi
bangsa Poa untuk melakukan penyerangan kepada penduduk Terra planet Poa karena mereka
berusaha untuk merampas planet Poa dari mereka. Oleh karena hal tersebut, maka
pertempuran antara Penduduk Terra, Bangsa Poa, dan manusia Terra asing lainnya
tidak terelakkan lagi.
--
Pendapatku tentang Petualangan Antariksa 1 : Bencana di Planet Poa ini
adalah novel ini keren-laah dan gak nyangka kalau novel ini sudah ada sejak
tahun 1985 (aku belum lahir bo’!) Penggambaran suasana luar angkasanya,
peralatan dan teknologi yang dipakai, dan pertempurannya cukup keren, bisa
diacungi jempol.
Bagus sih. Gak nyangka ada cerita
tentang perang luar angkasa karya lokal. Cerita pun lumayan seru, namun yang
aku sayangkan cerita novel ini langsung to
the point tanpa perkenalan setting dan tokoh yang kurang membangun pondasi
cerita.
Bisa dikatakan bahwa perkenalan dan penggambaran dari universe yang
mau dibangun dalam cerita ini minim banget. Setting tempat, pondasi cerita, penokohan tidak terbangun dengan baik.
Sebab kehancuran planet Terra atau Bumi sebelumnya tidak diketahui.
Pokoknya langsung mengungsi.
Bahkan planet POA sepeti apa alamnya, kondisinya bagaimana kurang
tergambarkan dengan baik.
Aku sih maunya di awal-awal cerita bisa membayangkan Planet Poa
seperti apa, Orang Poa ciri-ciri fisiknya seperti apa? Orang Terra pun demikian
juga, apakah seperti manusia bumi atau ada yang berbeda?
Seandainya ada gambaran mengenai
Planet Poa itu seperti apa, alamnya bagaimana, lokasi di mana, dan sebagainya
maka Planet Poa akan terasa lebih indah, lebih dekat dan lebih dikenal pembaca.
Aku sangat berharap penggambaran setting tempat dengan lebih detail lagi.
Maunya sih seperti membaca The Hobbit, atau LoTR, atau Harry Potter,
atau novel fantasi lainnya. Jujur, penasaran, apakah Planet Poa seperti dunia
dalam film Avatar-nya James Cameron? Apakah seperti film pertualangan antariksa
Doraemon? Atau seperti apa
Aku suka membaca deskripsi setting tempat yang baru. Membacanya itu
bisa sambil membayangkan. Dan sayangnya itu tidak digambarkan oleh sang
pengarang :)
Penokohan pun tidak terbangun dengan
baik. Penokohan 4 bersaudara tidak tergambarkan dengan detail. Siapa mereka? Sifat
bagaimana? Umur berapa? Sifat dan kemampuan mereka cuma tergambarkan dengan
seadanya.
Bangsa Terra dan Orang Poa seperti
apa juga tidak tergambarkan dengan baik. Ciri fisik, sifat, kemampuan, dsb. Tokoh
banyak, nama beragam, dan tidak ada pendalaman karakter.
Akibat dari penokohan yang cukup
lemah, simpati terhadap para tokoh, orang Terra, Orang Poa terasa kurang,
bahkan tidak terasa. Membaca petualangan mereka dan membaca apa yang terjadi
pada mereka terasa hambar dan cenderung ada rasa ketidakpedulian terhadap
mereka.
Oh iya, enaknya sih buku Penjelajah Antariksa ini tidak terlalu teba dan
ukuran bukunya pas. Sangat enak dibawa kemana-mana, mau dibaca dengan posisi
apapun juga terasa enak banget. Mau sambil duduk, tiduran, berdiri, atau gaya
lainnya. Ukuran font juga pas. Tata bahasa juga tergolong enak dibaca. Ah, ada
beberapa kata yang masih typo sih
tapi jumlahnya sedikit banget.
Secara keseluruhan cukup bagus.
Cukup bikin penasaran kelanjutannya.
Nice job Djokolelono. Senang mengetahui ada novel fantasi dari negeri
sendiri. Setelah ini sih mau langsung lanjut baca buku ke-2 dan berencana
langsung beli buku 3 dan 4.
Nilai : 3,4/5
Komentar
Posting Komentar