Langsung ke konten utama

#cumangomong Menulis - Antara Keinginan, Hobi, Kuantitas, dan Kualitas



sok sibuk depan monitor
Tulisan kali ini berisi uneg-uneg yang mau aku ungkapkan sejak lama.

Sebagian besar mungkin bisa dikatakan curhat yang memang disengaja (yah, namanya juga curhat ditulis di blog – ya pasti disengaja-lah)

Aku suka membuat suatu prakarya , merakit sesuatu, dan menyukai hal-hal yang berhubungan dengan seni. Aku suka melakukan kegiatan kreatifitas yang membutuhkan keterampilan tangan, pikiran, dan melibatkan rasa.

Dahulu aku suka menggambar (sekarang juga masih suka menggambar sih),  namun rasanya sudah sangat lama menggambar  tidak aku tekuni lagi. Hasil lukisanku sih lumayan bagus, tapi bukan yang pro banget sampai membuat orang lain berdecak kagum. Cukup bagus (apalagi untuk dikagumi diri sendiri). Sering sekali terbersit  keinginan untuk menggambar atau melukis lagi. Tapi, entah kapan lagi bisa aku realisasikan.

Aku suka membaca.

Membaca adalah salah satu hobiku. Bahkan dalam setiap isian biodata yang terdapat kolom ‘hobby’ membaca selalu aku tulis (selain hobi lainnya yang kadang berubah). Aku suka membaca sejak masih kecil sampai sekarang. Namun, kemampuan membacaku tidak seperti dulu lagi. Bukan maksudnya kemampuan membacaku jadi menurun dan jadi terbata-bata membaca, namun  sekarang ini, menghabiskan satu judul buku membutuhkan waktu yang cukup lama. Butuh berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hanya untuk menghabiskan satu judul buku (yang tebal), padahal sewaktu masih sekolah dan kuliah, satu buku bisa aku lahap baca hanya dalam waktu sehari saja. Ah, mungkin faktor kesibukan (dan juga umur).

Aku suka menonton film. Bahkan menonton film juga masuk ke dalam daftar hobi-ku saat ini. Sekitar 5 tahun belakangan ini, sebagian besar waktu kuhabiskan untuk menonton film. Akhir pekan bisa menonton 4-5 judul film. Bahkan sebelum pergi menonton film di bioskop, biasanya aku menonton satu atau dua judul. Akhir-akhir ini pun aku lebih sering menonton dibandingkan membaca buku.Mengapa lebih suka menonton film? Jawabannya tentu saja karena menonton film bisa dilakukan sambil bersantai dan tidur-tiduran, sedangkan membaca tidak demikian.

Dari kegiatan-kegiatan yang aku sebutkan di atas, ada satu lagi kegiatan yang aku sukai yaitu MENULIS.

Aku suka menulis karena menulis itu MENYENANGKAN.

Menulis bisa membantu untuk mengungkapkan perasaan dan bercerita tentang banyak hal. Dari kegiatan sehari-hari sampai kisah khayalan pun bisa kamu tuangkan dalam tulisan. Nah, mengenai tulis menulis ini, sering sekali banyak hal yang ingin aku tulis. Ingin menulis tentang kegiatan yang unik dan menyenangkan. Menulis tentang sesuatu hal yang memotivasi. Menulis sesuatu tentang ‘aneh’nya dunia ini, mengulas suatu acara, makanan, musik. Setelah selesai baca buku atau habis nonton film yang keren banget, rasanya pengen langsung bikin ulasan tentang kerennya buku atau film tersebut.

Kadang masih sempat menulis sih, namun justru beberapa tahun terakhir ini lebih sering merasa terlalu lelah (fisik) untuk menuangkan ide dan pikiran menjadi sebuah tulisan. Akibatnya tentu saja ide dan buah pikiran itu kebanyakan tetap hanya sebuah ide yang mengawang-awang.

Membuat satu tulisan biasanya membutuhkan perjuangan yang cukup keras. Paksain diri dan tulisannya pun gak langsung jadi saat itu juga. Bisa sampai berhari-hari bahkan sampai beberapa minggu sampai benar-benar utuh satu tulisan (dicicil gitu deh). Setelah menghasilkan tulisan, terutama tentang ulasan film atau buku, ada perasaan puas dan senang.

Namun, kadang bertanya-tanya juga,

“ada gak sih yang membaca tulisanku?”

“Duh, tulisanku gak begitu bagus nih. Kata-kata dan kalimatnya masih kaku, kurang ngalir kalau dibaca”

“Yaaa.. lumayanlah ya ulasan yang aku buat.”

dsb. dsb.

Biasanya juga, aku membaca ulasan orang lain tentang buku atau film yang aku tulis. Setelah membaca ulasan atau tulisan orang lain melalui blog, surat pembaca, atau suatu forum, kadang terbersit rasa malu karena aku pasti merasa tulisanku gak ada apa-apanya dibanding ulasan mereka. Struktur kalimatnya jelas, alurnya enak dibaca, gaya bahasanya lugas dan mengalir, dan tentu saja informative. Kok tulisanku gak sebagus tulisan orang lain ya?

Lah, kalau tulisanku ya seadanya. Kadang kata-katanya kaku, antar kalimat gak terlalu berkorelasi, gak lugas dan pemilihan kata-katanya kadang gak pas. Seadanya banget – kadang itulah yang aku rasakan.

Tapi, kalau malu terus dan berpikiran seperti itu ya gak akan bisa maju. Mungkin pula aku sudah memutuskan untuk gak menulis lagi. Malahan, kadang jai termotivasi juga untuk bisa menulis sebagus mereka.

Aku sih bertekad tetap menulis dan terus menulis. Mau jelek atau bagus, ada yang baca atau gak, yang penting terus menulis. Dengan sering menulis, sering membaca, dan berlatih maka kemampuan kita tentu saja akan terus meningkat. Ingakan pepatah ‘ala bisa karena biasa’? Jadi, tentu saja aku berharap tulisanku bisa menjadi bagus, enak dibaca, lugas, informatif, bermanfaat, dan yang pasti keren. Hahaha...

Dulu.

Sekarang pun masih. Aku ingin sekali memiliki sebuah kumpulan tulisan (katakanlah buku - kalau novel sih mungkin agak susah ya) karya sendiri. Belum punya ide cerita yang keren sih, pengetahuan pun masih terbatas. Tapi, untuk permulaan mungkin aku ingin mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah aku buat dan dijadiin ebook sendiri. Hahaha…


Yah, begitulah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak