Langsung ke konten utama

Sebuah Keputusan untuk Kebahagiaan


Sebuah status Facebook dari seorang kawan hari ini membuatku tergerak untuk menulis tulisan ini.
Statusnya mengatakan, “Kapan Ku Bahagia?”
Ada pula status yang serupa beberapa hari yang lalu.

Membaca hal ini, aku teringat suatu hal yang ditulis oleh Mario Teguh tentang kebahagiaan.
Berikut ini adalah kutipan yang aku ambil dari perkataan Mario Teguh (Cuma mengambil beberapa bagian):

---
Kebahagiaan adalah hak. Dan seperti semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya. Bersama semua hak, ada tanggung-jawab. Dan tanggung-jawab bagi mereka yang dibahagiakan, adalah membahagiakan saudaranya.

Kebahagiaan adalah masalah keputusan.
Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan-keputusan untuk berbahagia, dari satu waktu ke waktu berikutnya.
Maka putuskanlah untuk berbahagia, karena dengannya semua pikiran, perasaan, dan tindakan Anda akan berfokus pada yang membahagiakan.

Tetapi, seperti semua keputusan – ia sering dikerdilkan oleh tidak cukupnya ketegasan.
Keputusan yang berdampak adalah keputusan yang tegas.

Dan ketegasan untuk berbahagia datang dari keikhlasan untuk berpihak kepada yang membahagiakan.
Maka tegaslah untuk memutuskan bahwa:
Waktu terbaik untuk berbahagia adalah sekarang.
Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini.
Dan cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain.

Tujuan hidup kita bukanlah untuk menjadi berbahagia.
Tujuan hidup kita adalah untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan,
bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain.
---

Sebuah perkataan yang sangat indah menurutku. Aku sungguh menyukai kata-kata itu dan menurutku kata-kata itu sangatlah tepat.

Kebahagiaan itu adalah sebuah Keputusan

Bagaimana bukan merupakan suatu keputusan jika kau mau memikirkan sejenak bahwa benar adanya ungkapan yang mengatakan, “kamu adalah apa yang kamu pikirkan tentang dirimu sendiri”

Pernahkah kamu menyadari bahwa ketika kamu memulai suatu hari dan pada hari itu kamu merasa sedang tidak bersemangat dan merasa kesal (tidak nyaman) terhadap sesuatu, bisa mengakibatkan seharian terasa menyebalkan. Bahwa hari itu adalah hari yang buruk.
Atau jika kamu memulai hari (sesuatu) dengan penuh semangat, merasa bahagia, dan seluruh hari itu akan terasa indah.

Sebenarnya pada saat itu tanpa sadar kita elah membuat suatu keputusan apakah kita akan bahagia sepanjang hari atau akan sedih (kecewa) sepanjang hari. Awal mula dan perasaanmu-lah yang secara tidak kau sadari perlahan-lahan membentuk akan jadi apa harimu tersebut.

Apakah kamu bahagia hari ini?

Aku juga pernah mendengar atau membaca suatu kalimat yang mengatakan bahwa seseorang itu jika bertemu dengan keluarga, sahabat atau siapa saja paling sering menanyakan kabar.
“Apa kabar?”
“Hei, gimana kabarmu?”
“Eh, bagaimana kabar si anu?”
Namun, sangat jarang untuk menanyakan, “Apakah kamu bahagia hari ini?”

Dan aku sendiri mengakui hal itu. Pertanyaan itu sangat jarang ditanyakan kepada orang lain. Dan menanyakan hal itu bukan berarti kita harus tahu bagaimana yang sebenarnya.

Begitu aku coba menanyakan pertanyaan “Apakah kamu bahagia hari ini?” kepada teman-temanku, kebanyakan dari mereka tidak bisa langsung menjawab pertanyaan ini.
Ada yang malah balik bertanya, “emang kenapa?” atau malah bingung untuk menjawab karena tidak pernah benar-benar memikirkan atau merasakan apakah pada saat itu dia sedang bahagia atau tidak.
Padahal pertanyaan ini sederhana, tetapi bagiku sendiri pun tidak bisa langsung kujawab begitu pertanyaan tersebut tiba-tiba ditanyakan.

Ketika aku ditanya balik, aku pun kadang berpikir “apakah aku benar-benar bahagia hari ini?” atau kalau memang tidak, maka aku akan menjawab bahwa aku tidak begitu bahagia hari itu. Hehehe...

Cobalah tanyakan kepada dirimu sendiri apakah kamu bahagia. Cobalah juga untuk menanyakan kepada kerabatmu apakah mereka bahagia. Kemudian lihatlah reaksi mereka dan simaklah jawaban mereka akan seperti apa.

Keputusan Terhadap Diri Sendiri

Hei, tentunya sebagai manusia kita terkadang mengeluh terhadap sesuatu. Cara mengungkapkannya pun beragam. Ada yang langsung mengatakannya, ada pula yang memendamnya.

Ada pula yang begitu menampakkan rasa kesal atau keditakbahagiaannya kepada orang lain dengan berbagai cara. Tetapi, saranku adalah jangan terlalu sering menunjukkan rasa amarah, kesal, atau bahkan penderitaanmu kepada orang lain.

Pada dasarnya manusia itu sering mengeluh, tetapi sering tidak suka melihat orang yang mengeluh.
Jangan tunjukkan dirimu seolah-olah kamulah orang yang paling menderita di dunia ini. Bukannya kan mendapat simpati, malah orang lain bisa saja mencemoohmu.

Setiap orang itu punya masalah masing-masing. Yakinlah itu. Yang membedakan masing-masing orang adalah bagaimana mereka mengelola, menyelesaikan masalah mereka sendiri, dan bagaimana mereka bertahan terhadapa masalah tersebut.

Makanya, berhentilah banyak mengeluh!! (karena aku tidak suka melihat orang yang banyak mengeluh, apalagi terlihat ingin menunjukkan bahwa dialah yang paling merasa. Aku akui aku kadang-kadang mengeluh, namun karena aku tidak suka melihat orang mengelauh, aku sadar bahwa orang lain mungkin juga gak suka melihatku banyak mengeluh. Oleh karena itu, aku usahakan untuk tidak sering mengeluh di hadapan orang lain).

Pernah aku membaca status teman seperti ini:

bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA
tapi karena kita BAHAGIA hari ini menjadi INDAH
bukan karena tidak ada rintangan kita menjadi OPTIMIS
tapi karena OPTIMIS rintangan menjadi tidak ada
bukan karena MUDAH kita YAKIN bisa
...tapi karena kita YAKIN bisa semuanya menjadi MUDAH
bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM
tapi karena TERSENYUM semua jadi BAIK :)

Kata-kata tersebut, jujur, aku suka. Itulah yang sebenarnya. Bahwa diri sendiri-lah yang menentukan sesuatu yang akan terjadi kepada diri kita sendiri.

Aku menyukai kata-kata Mario Teguh. Aku tegaskan sekali lagi. Dan kadang aku mengingat dan menerapkannya dalam keseharianku, apalagi jika sedang merasa tidak bahagia atau berpotensi untuk tidak mood dan akan kehilangan semangat.

Jika kondisi itu sudah mulai aku rasakan, maka aku akan mengatakan kepada diri sendiri, “Bahagia itu adalah sebuah keputusan. Aku ingin bahagia, oleh karena itu aku putuskan hari ini aku akan bahagia!”
Terus terang, dengan mengatakan hal itu kepada diriku sendiri, perasaanku tiba-tiba terasa lebih ringan dan aku pun tersenyum. Dan hal itu membuat waktu selanjutkan terasa lebih menyenangkan. Beban terasa berkurang dan suasana hati pun semakin membaik. Kalau aku memang ingin bahagia, maka aku akan memutuskan seperti itu.

Makanya, berhentilah mengeluh dan berkeluh kesah. Berhenti pula menanyakan ‘kapan aku bahagia?’ atau ‘mengapa aku tidak bahagia?’. Tapi, putuskanlah untuk bahagia, kapanpun dan dalam kondisi apapun dirimu.

Mari kita menjadi pribadi yang BAHAGIA...

salam,
M. Sulhan Habibi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak