Lagi-lagi aku hanya ingin berbagi di akhir Juni 2011 ini *apa hubungan dan pengaruhnya coba?
Lagi-lagi dan lagi dari e-book yang aku katakan bikin adeeem kalau dibaca. Sebuah e-book karya sQu yang judulnya PENGEN JADI BAIK.
Tulisan berikut ini adalah sebuah tulisan pertama di e-book ini dan kalau mau terus terang, tulisan inilah yang pertama kali mebuatku merasakan sesuatu yang damai di hati *ceilah.
Serius, tulisan ini bikin suasana hati adem apalagi kalau diamalkan. Tapi, tentu saja pada saat membaca tulisan yang berjudul "Dapet Sakit Ati" hati dan perasaan langsung terasa ada yang menusuk *jleb..jleb..jleb.. (kena tepat di tengah hati).
Oke, saya merasa tersindir sama tulisan ini, namun justru tulisan inilah yang membuatku tersadar bahwa mungkin apa yang aku lakukan selama ini niatnya keliru. Iya, niatku keliru dan mungkin karena itu aku sering merasakan kecewa dan sakit hati..
Yaudah, daripada berlama-lama, simaklah tulisan berikut ini...
--
e-book : Pengen Jadi Baik
by: sQu
Biasanya kalau naik taxi, aku selalu ngobrol tuh ama sopir taxinya. Nanya ini itu lah, basa-basi, atau kadang ya ngobrol serius dengan topik yang berganti-ganti. Nah suatu hari, dalam perjalanan dari rumah kakak di daerah Cimanggis ke stasiun Gambir, aku pun ngobrol ama si sopir taxi. Kali ini aku naik taxi Burung Biru (maap ini nama samaran, soalnya kalau nama aslinya ntar dikira ngiklanin merk taxi yang bersangkutan wkwkwkwk).
Dia sambil nyetir lalu bercerita, "Dulu pertama kali saya nyupir taxi di Jakarta nih, Mas, tiap ada mobil lain yang minta kesempatan, motong di depan begitu, pasti saya kasih jalan."
"O iya bagus itu, Pak. Saya juga kadang-kadang begitu." kataku menimpali.
"Iya, dengan alasan nih, yaah siapa tahu lain kali kalau saya butuh, saya juga dikasih kesempatan ama mobil lain di jalan." katanya. "Eh ternyata ya Mas, dari dulu sampai sekarang, sekali pun belum pernah saya dikasih jalan ama mobil lain."
Si sopir taxi tertawa sendiri menyesali kebodohannya, "Abis itu kapok dah Mas berbaik-baik ngasih jalan mobil lain di Jakarta. Sekarang mah siapa duluan saja, percuma ngasih jalan juga ngga bakal kita dikasih jalan ama orang. Cuma dapat sakit ati!"
Lho kok? Aku mengeruntukan kening, menjadi pening, mata terpicing dan kebelet kencing. Ini lah kesalahan dia. Berbuat baik kok berharap dibalas baik ama orang lain. Kalau berharap baik itu berharaplah Allah ridho dengan apa yang kita lakukan. Soal nanti kalau kita diberi kesulitan-kesulitan, ya mudah-mudahan Allah memudahkan jalan kita dan memberi kita kesabaran dan kelembutan hati. Bukankah setiap kesulitan -bahkan tertusuk duri sekalipun- akan digantikan dengan diampuninya dosa?
Hayo keburu nuduh ya kalau ada cerita pemuda tampan pasti ini menggambarkan diriku?
Hahahaha baca dulu dong ceritanya jangan asal nuduh. Ini cerita tentang beberapa pegawai rendahan yang baru saja bekerja di sebuah kota kecil di ujung Jawa Timur, jauuh dari kampung halaman. Di antara sesama pegawai rendahan dengan gaji tiga ratus ribuan per bulan, ada seorang pemuda tampan yang sudah punya sepeda motor, hasil nghutang duit kakaknya. Otomatis satu-satunya sepeda motor itu lah yang jadi pinjam-pinjaman teman-temannya yang lain.
Dipakai kesana sini. Dipinjam kesana sini. Monggo monggo. Bahkan seharian sampai malam pun dipinjam juga si pemuda tampan ini ngga apa-apa. Tapi yang jadi masalah adalah, bensin nya kosong. Ngga pernah diganti. Ngga pernah diisi. Mau negur juga ngga enak, ngga berani, ntar dikira pelit. Mbok yo mereka itu ngerti, kalau namanya minjem ya ngisi lah gantiin bensin. Masa sudah minjem seharian, bensin nya juga minta.
Si pemuda tampan ini lalu mengadu ke mami nya yang tinggal di kampung halaman betapa dia sebel ama teman-temannya yang ngga tahu diri padahal hidup sama-sama ngirit mengencangkan ikat pinggang.
Dan si Mami menasehati begini, "Lho, siapa tahu itu akan jadi amalmu."
Jlebbb. Dan si pemuda tampan pun belajar untuk lebih ikhlas membantu teman-temannya sesama orang sulit, meminjamkan motor plus bensin nya.
Ada saudaraku yang kala itu hidupunyaa masih sulit, belum berkecukupan lah. Tapi hampir setiap hari, sahabat suaminya selalu main ke rumah ngopi dan makan di situ. Padahal si sahabat ini secara ekonomi lebih mapan, istrinya pun bekerja. Tapi karena keluarganya tinggal di lain kota, maka sehari-harinya si sahabat ini menjadikan rumah saudaraku sebagai jujukan, tempat singgah, plus ngopi dengan makan siang gratisan.
Saudaraku yang belum berkecukupan tentu saja menjerit dalam hati tanpa berani ngomong ke suaminya. Ringan tangan ya ringan tangan, tapi kalau tiap hari kan mencekik juga nih lha wong masih kekurangan. Gula pasir sekilo berapa coba. Kopi berapa coba. Arggh. Sakit ati ini, kata dia. Seperti ngga ada jalan keluar.
"Iya ya benar juga lo." Bukankah memuliakan tamu itu besar sekali pahalanya. Dan pasti diganti ama Allah kalau kita ikhlas. Alhamdulillah saudaraku jadi ikhlas. Dan sekarang alhamdulillah ekonominya teruuus membaik membaik membaik.
Temenku, seorang pejabat eselon sekian, tiap hari ngantor bawa Kijang Super-nya seorang diri (jaman itu kijang super masih mobil baru, belum ada kijang kapsul bahkan inova). Dan di jalan selalu ada gerombolan pegawai-pegawai di halte yang mencegat bis dengan tujuan mungkin sama searah dengannya. Hingga suatu hari ada satu bapak-bapak tidak dikenalnya yang numpang karena memang searah.
Ternyata oleh si pejabat (atau perjanjian keduanya), si penumpang tak dikenal ini tiap hari boleh menumpang, janjian dari halte situ dan berangkat bareng. Tapi ngga gratis lho, karena sebulan sekali bayar 40 ribu (kejadiannya jaman dulu, jadi uang segitu memang lumayan gede).
Mereka pun akrab, jadi teman seperjalanan setiap hari. Kira-kira sepuluh bulan kemudian, si penumpang tak dikenal ini butuh uang dan mau minjem 400 ribu. Si pejabat dengan senang hati meminjamkan. Dan besoknya di halte itu, si penumpang tidak dikenal tidak ada di situ. Begitu pula besoknya, besoknya dan besoknya. Persis membawa pergi uang 40 ribu dikali sepuluh bulannya. Jlebb. Jahat banget tuh orang.
Kasian temenku. Dapat apa selama sepuluh bulan? Duit ilang, temen baru juga ilang. Dapatnya sakit ati. Mungkin lain kali kalau Memang mau numpangin ya numpangin saja gitu ya, ngga usah diajak patungan bensin segala.
Padahal kata Rasulullah ”Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan (dua orang yang sedang berselisih) adalah sedekah, kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraanya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, berkata yang baik itu adalah sedekah, setiap langkah berjalan untuk shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan suatu rintangan di jalan adalah sedekah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Semua hal memang kembali ke niat kita apa. Ngasih jalan buat mobil lain, niatnya supaya apa. Minjemin temen motor, memuliakan tamu, niatnya apa. Ngasih tumpangan orang niatnya apa.
Kalau kita ringankan kesulitan orang lain, tapi kita gantiiiiii niatnya cuma karena mengharap ridho Allah, kelak akan dateng pertolongan yang ngga diduga-duga insya Allah. Addda saja kemudahan-kemudahan.
Ketika panas-panas terik matahari siang bolong, eh mobilku mogok di jalan, in the middle of nowhere, ngga bisa distarter-starter. Jleb. Piye iki? Tiba-tiba ada angkot bison mendekat, "Mas, mau saya tarikin?" tanya sopirnya."Di depan situ ada bengkel." Subhanallah.
Ketika tengah malam naik mobil carteran, saat melalui jalanan berkelok di tengah hutan, lampu mobil kami mati. Gelaaappp gulita. Mobil jalan pelaan. Kalau berenti menepi takut dimakan macan, digondol genderuwo. Kalau jalan terus pelan-pelan, ya cuma nunggu waktu saja ditabrak mobil lain, nabrak pohon atau masuk jurang. Tiba-tiba ada truk besar di belakang yang menyalakan lampu terang benderang ngasih penerangan. Teruss saja ngikut di belakang, ngga mendahului, terus mengantar sampai ke jalanan kota yang berlampu-lampu. Subhanallah.
Kata Rasulullah, "Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan seorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba selama sang hamba tersebut menolong saudaranya.“ (HR. Muslim)
***
Lagi-lagi dan lagi dari e-book yang aku katakan bikin adeeem kalau dibaca. Sebuah e-book karya sQu yang judulnya PENGEN JADI BAIK.
Tulisan berikut ini adalah sebuah tulisan pertama di e-book ini dan kalau mau terus terang, tulisan inilah yang pertama kali mebuatku merasakan sesuatu yang damai di hati *ceilah.
Serius, tulisan ini bikin suasana hati adem apalagi kalau diamalkan. Tapi, tentu saja pada saat membaca tulisan yang berjudul "Dapet Sakit Ati" hati dan perasaan langsung terasa ada yang menusuk *jleb..jleb..jleb.. (kena tepat di tengah hati).
Oke, saya merasa tersindir sama tulisan ini, namun justru tulisan inilah yang membuatku tersadar bahwa mungkin apa yang aku lakukan selama ini niatnya keliru. Iya, niatku keliru dan mungkin karena itu aku sering merasakan kecewa dan sakit hati..
Yaudah, daripada berlama-lama, simaklah tulisan berikut ini...
--
e-book : Pengen Jadi Baik
by: sQu
Dapet Sakit Ati
Sopir Taxi
Biasanya kalau naik taxi, aku selalu ngobrol tuh ama sopir taxinya. Nanya ini itu lah, basa-basi, atau kadang ya ngobrol serius dengan topik yang berganti-ganti. Nah suatu hari, dalam perjalanan dari rumah kakak di daerah Cimanggis ke stasiun Gambir, aku pun ngobrol ama si sopir taxi. Kali ini aku naik taxi Burung Biru (maap ini nama samaran, soalnya kalau nama aslinya ntar dikira ngiklanin merk taxi yang bersangkutan wkwkwkwk).
Dia sambil nyetir lalu bercerita, "Dulu pertama kali saya nyupir taxi di Jakarta nih, Mas, tiap ada mobil lain yang minta kesempatan, motong di depan begitu, pasti saya kasih jalan."
"O iya bagus itu, Pak. Saya juga kadang-kadang begitu." kataku menimpali.
"Iya, dengan alasan nih, yaah siapa tahu lain kali kalau saya butuh, saya juga dikasih kesempatan ama mobil lain di jalan." katanya. "Eh ternyata ya Mas, dari dulu sampai sekarang, sekali pun belum pernah saya dikasih jalan ama mobil lain."
Si sopir taxi tertawa sendiri menyesali kebodohannya, "Abis itu kapok dah Mas berbaik-baik ngasih jalan mobil lain di Jakarta. Sekarang mah siapa duluan saja, percuma ngasih jalan juga ngga bakal kita dikasih jalan ama orang. Cuma dapat sakit ati!"
Lho kok? Aku mengeruntukan kening, menjadi pening, mata terpicing dan kebelet kencing. Ini lah kesalahan dia. Berbuat baik kok berharap dibalas baik ama orang lain. Kalau berharap baik itu berharaplah Allah ridho dengan apa yang kita lakukan. Soal nanti kalau kita diberi kesulitan-kesulitan, ya mudah-mudahan Allah memudahkan jalan kita dan memberi kita kesabaran dan kelembutan hati. Bukankah setiap kesulitan -bahkan tertusuk duri sekalipun- akan digantikan dengan diampuninya dosa?
Pemuda Tampan
Hayo keburu nuduh ya kalau ada cerita pemuda tampan pasti ini menggambarkan diriku?
Hahahaha baca dulu dong ceritanya jangan asal nuduh. Ini cerita tentang beberapa pegawai rendahan yang baru saja bekerja di sebuah kota kecil di ujung Jawa Timur, jauuh dari kampung halaman. Di antara sesama pegawai rendahan dengan gaji tiga ratus ribuan per bulan, ada seorang pemuda tampan yang sudah punya sepeda motor, hasil nghutang duit kakaknya. Otomatis satu-satunya sepeda motor itu lah yang jadi pinjam-pinjaman teman-temannya yang lain.
Dipakai kesana sini. Dipinjam kesana sini. Monggo monggo. Bahkan seharian sampai malam pun dipinjam juga si pemuda tampan ini ngga apa-apa. Tapi yang jadi masalah adalah, bensin nya kosong. Ngga pernah diganti. Ngga pernah diisi. Mau negur juga ngga enak, ngga berani, ntar dikira pelit. Mbok yo mereka itu ngerti, kalau namanya minjem ya ngisi lah gantiin bensin. Masa sudah minjem seharian, bensin nya juga minta.
Dapat apa coba, yang ada cuma sakit ati!
Si pemuda tampan ini lalu mengadu ke mami nya yang tinggal di kampung halaman betapa dia sebel ama teman-temannya yang ngga tahu diri padahal hidup sama-sama ngirit mengencangkan ikat pinggang.
Dan si Mami menasehati begini, "Lho, siapa tahu itu akan jadi amalmu."
Jlebbb. Dan si pemuda tampan pun belajar untuk lebih ikhlas membantu teman-temannya sesama orang sulit, meminjamkan motor plus bensin nya.
Gula Pasir
Ada saudaraku yang kala itu hidupunyaa masih sulit, belum berkecukupan lah. Tapi hampir setiap hari, sahabat suaminya selalu main ke rumah ngopi dan makan di situ. Padahal si sahabat ini secara ekonomi lebih mapan, istrinya pun bekerja. Tapi karena keluarganya tinggal di lain kota, maka sehari-harinya si sahabat ini menjadikan rumah saudaraku sebagai jujukan, tempat singgah, plus ngopi dengan makan siang gratisan.
Saudaraku yang belum berkecukupan tentu saja menjerit dalam hati tanpa berani ngomong ke suaminya. Ringan tangan ya ringan tangan, tapi kalau tiap hari kan mencekik juga nih lha wong masih kekurangan. Gula pasir sekilo berapa coba. Kopi berapa coba. Arggh. Sakit ati ini, kata dia. Seperti ngga ada jalan keluar.
Ia pun mengadu ke aku. Susah Memang kalau tamu nya yang ngga tahu diri. Tapi memang ngga ada jalan keluar, kecuali persahabatan bisa jadi retak. Dari ceritanya aku langsung inget petuah mami waktu aku muda dulu, "Lho, siapa tahu itu akan jadi amalmu." Tentu saja dengan kunasehat-nasehatin lain seperti langit punya siapa, gunung punya siapa, betapa Allah itu Maha Kaya. Jlebb. Saudaraku langsung berbunga-bunga wajahnya. Teraang sekali.
"Iya ya benar juga lo." Bukankah memuliakan tamu itu besar sekali pahalanya. Dan pasti diganti ama Allah kalau kita ikhlas. Alhamdulillah saudaraku jadi ikhlas. Dan sekarang alhamdulillah ekonominya teruuus membaik membaik membaik.
Penumpang Tak Dikenal
Temenku, seorang pejabat eselon sekian, tiap hari ngantor bawa Kijang Super-nya seorang diri (jaman itu kijang super masih mobil baru, belum ada kijang kapsul bahkan inova). Dan di jalan selalu ada gerombolan pegawai-pegawai di halte yang mencegat bis dengan tujuan mungkin sama searah dengannya. Hingga suatu hari ada satu bapak-bapak tidak dikenalnya yang numpang karena memang searah.
Ternyata oleh si pejabat (atau perjanjian keduanya), si penumpang tak dikenal ini tiap hari boleh menumpang, janjian dari halte situ dan berangkat bareng. Tapi ngga gratis lho, karena sebulan sekali bayar 40 ribu (kejadiannya jaman dulu, jadi uang segitu memang lumayan gede).
Mereka pun akrab, jadi teman seperjalanan setiap hari. Kira-kira sepuluh bulan kemudian, si penumpang tak dikenal ini butuh uang dan mau minjem 400 ribu. Si pejabat dengan senang hati meminjamkan. Dan besoknya di halte itu, si penumpang tidak dikenal tidak ada di situ. Begitu pula besoknya, besoknya dan besoknya. Persis membawa pergi uang 40 ribu dikali sepuluh bulannya. Jlebb. Jahat banget tuh orang.
Kasian temenku. Dapat apa selama sepuluh bulan? Duit ilang, temen baru juga ilang. Dapatnya sakit ati. Mungkin lain kali kalau Memang mau numpangin ya numpangin saja gitu ya, ngga usah diajak patungan bensin segala.
Padahal kata Rasulullah ”Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan (dua orang yang sedang berselisih) adalah sedekah, kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraanya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, berkata yang baik itu adalah sedekah, setiap langkah berjalan untuk shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan suatu rintangan di jalan adalah sedekah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan
Semua hal memang kembali ke niat kita apa. Ngasih jalan buat mobil lain, niatnya supaya apa. Minjemin temen motor, memuliakan tamu, niatnya apa. Ngasih tumpangan orang niatnya apa.
Kalau kita ringankan kesulitan orang lain, tapi kita gantiiiiii niatnya cuma karena mengharap ridho Allah, kelak akan dateng pertolongan yang ngga diduga-duga insya Allah. Addda saja kemudahan-kemudahan.
Ketika panas-panas terik matahari siang bolong, eh mobilku mogok di jalan, in the middle of nowhere, ngga bisa distarter-starter. Jleb. Piye iki? Tiba-tiba ada angkot bison mendekat, "Mas, mau saya tarikin?" tanya sopirnya."Di depan situ ada bengkel." Subhanallah.
Ketika tengah malam naik mobil carteran, saat melalui jalanan berkelok di tengah hutan, lampu mobil kami mati. Gelaaappp gulita. Mobil jalan pelaan. Kalau berenti menepi takut dimakan macan, digondol genderuwo. Kalau jalan terus pelan-pelan, ya cuma nunggu waktu saja ditabrak mobil lain, nabrak pohon atau masuk jurang. Tiba-tiba ada truk besar di belakang yang menyalakan lampu terang benderang ngasih penerangan. Teruss saja ngikut di belakang, ngga mendahului, terus mengantar sampai ke jalanan kota yang berlampu-lampu. Subhanallah.
Kata Rasulullah, "Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan seorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba selama sang hamba tersebut menolong saudaranya.“ (HR. Muslim)
***
Naaah.. bagaimanakah niatmu selama ini dalam melakukan kebaikan? Sejak membaca tulisan ini, seolah-olah aku diingatkan kembali tentang belajar menjadi ikhlas. Aku banyak melakukan kekeliruan. Dan insya Allah aku akan melakukan apapun (termasuk membantu orang lain) hanya untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT. Semoga Allah memudahkan jalan kita semua =)
Sekali aku katakan, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...
**Btw, beberapa hari ini lagi gak mood mikir untuk membuat tulisan, jadi sekadar sharing aja. Semoga lain waktu aku bisa nge-post tulisan karya ku sendiri. Hehehe....
weeee bener nih
BalasHapuskena banget!! :p
nice share.. :))
BalasHapusseperti kata #hadits atau mahfuzat ya? --> "innamal a'malu binniyaat.. iya kan??
Yenny - jleb.. jleb.. Hehehe
BalasHapusRabest - Pokoknya, niat kita harus ikhlas, mengharapkan ridho Allah. Niat baik, insya Allah balasannya juga baik.
Semoga kita menjadi semakin baik, dan kalau belum mari kita berusaha untuk itu =)
yihaaa...jleb-jleb-jleb semua...
BalasHapusEmang, kadang kita mendapat bantuan dari orang-orang tak terduga (kadang ga kenal sama sekali). jadi jangan kapok berbuat baik, gitu ya?
>>dan mungkin, jangan segan-segan minta tolong.
Huda - iya, jangan kapok berbuat baik. Berbuat baik itu sungguh gak ada ruginya (apalagi jika ikhlas). Saya percaya hal itu. hehee..
BalasHapusMengenai minta tolong, mungkin sampai sekarang saya agak segan sih ya kalo emang gak bener2 butuh. tapi emang jangan malu2 minta tolong kalo benar2 butuh.
eh makasih sulhan udah review ebook ku.
BalasHapus(baru nemu abis googling) :D
saat ini bukunya udah beredar dgn judul sama Pengen Jadi Baik, tp dalam bentuk komik
waaah.. terima kasih juga atas sharing melalui ebook-nya. Terus terang saya suka sama ebook-nya, suka sama cara penyampaiannya juga.
HapusAda komik-nya? patut dicari nih :)