Judul asli :
The Night Gardener
Penulis :
Jonathan Auxier
Alih Bahasa
: Rini Nurul Badariah
Penyunting :
Yenni Saputri
Desain dan
Ilustrasi Sampul : Arrahman Rendi
Desain Isi :
Reza
Tata letak :
Tri
Cetakan
Pertama Mei 2015
Penerbit
Metamind, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Tebal x +
382 halaman
ISBN 978-602-72510-1-4
“Dongeng jadi buruk jika semua ada jawabannya.” - Molly. Hal. 370
Berawal dari
Goodreads aku tertarik untuk membaca buku The Night Gardener ini, alasan
pertama adalah karena tertarik melihat cover –nya. Cover buku ini (menurutku)
sangat menarik, keren, dan bikin penasaran. Cover The Night Gardener versi
Indonesia ini sangat berbeda dengan beberapa novel fantasi yang beredar
belakangan ini yang menurut pendapatku cover-nya kurang menarik, bahkan beberapa
(maaf) terlihat norak. Seringkali ketika membeli buku, hal yang pertama untuk
dipertimbangkan adalah cover yang menarik dalam sekali lihat.
Beruntung
saat ke toko buku aku menemukan buku ini. Dapatnya pun setelah meneliti rak
buku satu per satu berulang-ulang. Tanpa pikir panjang aku langsung
memboyongnya ke kasir.
Setelah
selesai aku baca, pendapatku adalah SUKA cerita The Night Gardener ini. Sudah
lama rasanya tidak membaca dongeng seperti ini – rasanya seperti membaca dongen
klasik – dan rasanya menyenangkan.
*mungkin tulisan di
bawah ini mengandung spoiler – karena cukup banyak bagian yang aku ceritakan –
jadi kalau tidak suka spoiler mungkin bisa menghindari membaca lebih jauh*
The Night
Gardener bercerita tentang dua bersaudara, Molly dan Kip, yang mencari kediaman
keluarga Windsor. Mereka mencari keluarga Windsor untuk bekerja di sana dan tempat
itu harus mereka temukan agar mereka tidak tinggal di panti asuhan. Orang tua
mereka tidak diketahui keberadaannya karena mereka terpisah setelah mengungsi
dari Irlandia. Menurut yang Molly ceritakan kepada Kip bahwa orang tua mereka
sedang berpetualang di lautan.
Beberapai
hari telah terlewati dan mereka masih melakukan perjalanan untuk menemukan
lokasi Watsu Windsor. Ketika melewati area pertanian, setiap orang yang mereka
temui di sepanjang perjalanan menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan
tentang ‘hutan selatan’ mengatakan bahwa bahwa pergi ke kediaman Windsor sama
saja dengan menggiring kawanan ternak ke kandang singa.
Sampai
akhirnya mereka bertemu dengan seorang nenek tua - sang juru cerita di
persimpangan - Hester Kettle, yang menunjukkan arah menuju kediaman keluarga
Windsor. Informasi dari Hester pun bukan mereka terima begitu saja dengan
gratis, namun dengan imbalan Molly akan memberinya cerita tentang Watsu Windsor
setiap minggu. Hester Kettle orang yang kelihatan aneh.
Ketika
sampai di kediaman Windsor, aura menyeramkan telah terasa. Hari-hari penuh
keanehan dilalui Molly dan Kip bahkan sejak hari pertama mereka di rumah
tersebut. Bahaya bahkan mengintai mereka tanpa mereka sadari. Apalagi dengan
keberadaan sebuah pohon besar, yang sangat besar, dan tampak menyeramkan menaungi
hampir seluruh rumah. Sulur-sulurnya merambati dinding dan atap. Berdiri di
bawahnya saja membuat merinding.
Keluarga
Windsor yang terdiri dari Bertrand – Tuan Windsor, Constance – sang istri, dan
kedua anak mereka Alistair dan Penny. Seluruh anggota keluarga tersebut
berkulit sangat pucat, rambut hitam, seperti mayat hidup. Hampir setiap malam
seluruh penghuni rumah dihantui oleh mimpi buruk yang hidup seperti nyata, tak
terkecuali Molly dan Kip. Setiap pagi di sekitar rumah terdapat jejak-jejak
kaki berlumpur yang entah milik siapa. Hingga suatu hari ia melihat seorang
lelaki misterius yang memasuki rumah dimalam hari dan memasuki setiap kamar,
membawa ember.
Setelah
beberapa lama Molly mengetahui rahasia keluaga Windsor tentang sebuah ruangan
berpintu hijau yang ditutupi oleh nyonya Windsor sejak Molly melihat pintu
tersbut. Ternyata dalam ruangan tersebut terdapat sebuah lubang yang merupakan
bagian dari pohon tersebut. Ajaibnya adalah pohon tersebut dapat mengabulkan
permintaan terdalam seseorang, bahkan keinginan yang tak pernah terucap.
Tuan Windsor
selalu mendapatkan uang yang selalu dia inginkan. Nyonya Windsor mendapatkan
cincin hadiah dari tuan Windsor yang sangat berharga baginya. Alistair
mendapatkan gula-gula yang sangat banyak akibat memendam keinginan sewaktu
kecil. Sedangkan Penny mendapatkan buku cerita yang bercerita tentang Penny dan
segala dongengnya.
Molly, yang
masuk secara tidak sengaja, bahkan mendapatkan apa yang selama ini dia
inginkan, yaitu surat dari kedua orang tuanya. Yang paling mengerikan,
pelan-pelan dan tanpa disadari Molly berubah seperti keluarga Windsor, dingin
dan pucat seperti mayat.
"Cerita membantu orang menghadapi dunia, meskipun mereka takut. Sementara dusta berbuat sebaliknya. Dusta membantu bersembunyi." – Hal.300
Molly dan
Kip sebenarnya menyadari segala keanehan di temppat tersebut sejak awal, namun
mereka tidak bisa pergi begitu saja karena ada sesuatu yang membuat mereka
tidak bisa pergi.
Hester
Kettle pun menceritakan bahwa ada sebuah legenda tentang pohon tersebut,
tentang seorang tukang kebun yang tetap memelihara pohon besar tersebut agar
tetap hidup dan memberikan keinginannya. Namun, ternyata setiap keinginan yang
terkabul, pohon tersebut meminta imbalan bagian dari jiwa orang-orang yang
memeiliki keinginan tersebut. Sehingga, walaupun mendapatkan apa yang mereka
inginkan namun ada ketergantungan akan hal tersbut. Bahkan tanpa mereka sadari
mengorbankan nyawa sendiri.
"Kupikir itu bukan hidup. Mengabulkan permintaanmu dengan cara menciptakan ketergantungan. Tampaknya, itulah perbedaan keinginan dan kebutuhan." – Kip. hal. 294
Baca sendiri deh kelanjutan ceritanya. Bahkan review-ku di atas
menceritakan cukup banyak bagian dari novel ini.
Cerita The Night Gardener ini mengalir begitu lancar. Kisahnya
dituturkan dengan bagus, tidak perlu berpikir panjang. Cukup dengan membaca
kisahnya, maka perlahan-lahan akan terasa keseruan dan kengerian yang
diciptakannya. Ya, buku ini cukup membuatku merasa deg-degan, penasaran, dan
membayangkan si Pekebun Malam dengan rasa takut yang ditimbulkannya. Misterinya
terbangun dengan bagus. Suka. Walaupun mungkin cerita ini ditujukan uuntuk
anak-anak dan remaja, namun membacanya sungguh menyenangkan. Sudah lama
merindukan dongeng seperti ini, jadi begitu mendapatkannya aku tersenyum puas
ketika selesai membaca kisah The Night Gardener ini.
Oia, bagian akhir dari buku ini menceritakan tentang sang pengarang –
Jonathan Auxier – yang menyelesaikan cerita ini dalam jangka waktu sembilan
tahun. Banyak cerita yang menginspirasinya menulis The Night Gardener ini.
Bahkan sejarah tentang kelaparan di Irlandia yang menyebabkan banyak warga yang
mengungsi untuk mencari makanan dan pekerjaan, seperti yang dialami keluarga
Molly. Yah, kalau membaca novel ini rasanya pantaslah kalau dikerjakan selama 9
tahun. Keren sih.
"Cerita tidak perlu berbuat apapun, hanya mewujud." - Hester Kettle. Hal. 230
*Banyak kutipan bagus dalam cerita ini. Beberapa sudah aku quote di
atas.
Nilai :
4,5/5
Komentar
Posting Komentar